Prof Kadri : Bima Butuh Tokoh dan Narasi Positif

Berita, Headline555 Dilihat
banner 468x60

harianamanat

BIMA,- Perkembangan kehidupan sosial akhir-akhir ini di Bima yang beberapa di antaranya bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya mendapat perhatian dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) The Habibie Center (THC) dan Nusa tenggara Centre (NC).

banner 336x280

Perilaku-perilaku tersebut seperti Postingan video dalam media sosial yang memperlihatkan aurat, narkoba, dan aksi-aksi kekerasan.

Untuk mengatasi hal tersebut, Prof. Kadri dalam kapasitasnya sebagai Direktur Eksekutif NC menyarankan pentingnya tokoh panutan dan narasi positif di Bima.
Tokoh yang bisa membimbing, mengajarkan, dan sebagai sumber nasehat di Bima saat ini makin jarang karena disebabkan oleh proses kaderisasi yang tidak berjalan, dan sebagian di antara mereka telah terkontaminasi oleh politik.

Di samping itu, lanjut Prof Kadri, perlu dibudayakan membangun narasi positif dari seluruh masyarakat Bima di semua media komunikasi yang ada terkait dengan aktivitas dan informasi tentang Bima, sebagai upaya untuk membangun citra positif tentang Bima agar tamu dan investor berani dan mau datang di Bima.

Pandangan tersebut disampaikan Prof. Kadri saat membuka Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Memperkuat Ketahanan Masyarakat dan Mantan Napiter untuk Mencegah Ekstremisme Berkekerasan dan Mempromosikan Kohesi Sosial”. FGD yang berlangsung di Ilo Cake Kota Bima tersebut dihadiri oleh 17 orang peserta dari unsur LSM, Ormas, Mahasiswa, akademisi, FKUB, dan unsur jurnalis tersebut dipandu oleh Johari dan Nia dari THC.

Banyak ide menarik yang disampaikan oleh peserta. Di antaranya, ada keinginan dari semua peserta untuk bersama-sama mengawal narasi-narasi positif untuk Bima yang lebih baik ke depannya.

Terkait dengan tokoh panutan yang harus ada di Bima, Prof. Kadri menekankan bahwa tidak mungkin setiap orang bisa hadir dengan figure yang sempurna untuk segala aspek kehidupan.
Oleh karena itu, tokoh panutan yang diharapkan lebih bersifat segmentatif. Misalnya ada tokoh panutan di bidang agama, ada tokoh panutan di bidang politik, sosial, budaya. Bahkan sangat diharapkan ada tokoh panutan yang menjadi referensi pemuda dan generasi milenial. Dengan demikian, sambung Prof Kadri, semua orang memiliki peluang untuk menjadi dan disiapkan menjadi tokoh panutan.

FGD yang dilakukan oleh THC dan NC merupakan salah satu tahapan dalam baseline study yang merupakan proses awal dari program tiga tahun yang akan mereka lakukan di Kota Bima.

Hasil baseline study akan dijadikan sebagai bahan untuk menyusun materi pelatihan pada calon tokoh, pemuda dan pegiat media sosial, dan eks napiter.
Dengan intervensi yang dilakukan lewat program selama tiga tahun tersebut THC dan NC berharap bisa membantu menghadirkan tokoh panutan yang kuat, generasi muda dan rakyat Bima yang menggunakan media sosial dengan sehat dan berisi konten positif, serta adanya integrasi sosial yang baik antara eks napiter dengan masyarakat, sehingga kohesi sosial benar-benar terwujud, wilayah Kota Bima menjadi wilayah yang aman dan kondusif, dan investasi serta pembangunan di Kota Bima berjalan dengan maksimal, demikian harapan Prof Kadri saat menutup FGD tersebut.(Sura)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *