harian amanat.com
JAKARTA-Peringkat pariwisata Indonesia naik tajam menjadi ranking 32 dunia. Tak tanggung-tanggung, kenaikannya mencapi 12 tingkat dari pemeringkatan sebelumnya. “Ini menandakan pembenahan yang kita lakukan berhasil,” kata Taufan Rahmadi, National Tourism Strategist.
Data ini dirilis world economic forum dengan berbagai variabel sebagai bahan penilaian. Travel Tourism Development Index (TTDI) Indonesia sebelumnya adalah 44. “Bayangkan, naik 12 level, berarti kita sudah membuat pembenahan yang luar biasa,” katanya.
Makin membanggakan, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia melampaui Thailand yang kerap disebut surga pelancong. Termasuk Malaysia yang terus mengiklankan diri sebagai Asia yang sesungguhnya. ”Secara sederhana, data ini menunjukkan kalau orang disuruh memilih wisata ke mana antara Thailand, Malaysia, dan Indonesia, maka pilihan pertamanya Indonesia,” sambung ketua Dewan Pengawas IHSA tersebut.
Di Asia Tenggara, Indonesia hanya kalah dari Singapura. Sedangkan di Asia Pasifik, Indonesia menempati ranking delapan. “Kita harus pelajari indikator penilaiannya, kemudian kita perbaiki apa-apa yang masih kurang,” saran Taufan.
Dia percaya Indonesia bisa belajar dan berbenah cepat tahun ini. Ajang dunia semisal MotoGP adalah lahan untuk terus memperbaiki kekurangan. “Dari pagelaran besar seperti ini kita bisa lihat apa yang kurang untuk dibenahi,” imbuh pria berkaca mata itu.
Ajang lain yang pas untuk mengukur dunia pariwisata negeri ini adalah ajang balap mobil listrik di Jakarta, kemudian G-20 di Bali, dan WSBK di Lombok. “Selain itu, seluruh destinasi super prioritas seperti Bali hingga Komodo pasti terus belajar dan berbenah menjadi lebih baik lagi,” ucapnya.
Secara khusus dia menyebut ada sejumlah PR yang perlu dibenahi. Mulai dari kualitas SDM, hingga infrastruktur bandara, pelabuhan, dan jalan yang memudahkan pelancong. “Dalam indikator penilaian juga diukur keamanan, lingkungan bisnis, kebersihan, hingga infrastruktur penunjang lain,” jabarnya.
Poin plus Indonesia katanya, terletak pada cultural resouces, natural resorces, hingga harga yang bersaing. “Jadi kita ada kelebihan yang harus dipertahankan, ada juga kekurangan yang perlu dibenahi,” sarannya.
Taufan mengingatkan, ranking 32 ini bukanlah sekadar data statistik di atas kertas. Ini juga menunjukkan kondisi pemulihan ekonomi negara kita. Disaat semua negara berjibaku dengan pandemi, Indonesia sukses naik 12 level. “Artinya kita bisa menjaga perputaran uang di dunia pariwisata, memastikan lapangan kerja tersedia, dan dengannya banyak rakyat tercukupi kebutuhannya,” sambungnya.
“Pariwisata ini bicara income, pemasukan untuk negara dan masyarakat. Pariwisata bangkit, negara kuat,” tutupnya. (*)