harianamanat.com
YOGYAKARTA, – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) mengajak mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk kritis terhadap buku-buku bacaan yang kemungkinan disusupi oleh narasi paham radikalisme, salah satunya buku seri materi Tauhid For the Greatest Happiness karangan Abu Sulaiman Aman Abdurrahman.
Diharapkan dengan sikap kritis terhadap buku bacaan, mahasiswa yang merupakan generasi muda dapat memiliki daya tangkal dan dan daya cegah terhadap paham radikalisme dan terorisme.
“Buku buku ini meracuni pelajar dan mahasiswa untuk menjadi radikal dan menjadi teroris. Dan ini sebagai upaya kita untuk kepada generasi muda supaya memiliki daya tangkal dan mencegah radikalisme dan terorisme di tanah air,” ungkap Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT RI, Irjen. Pol. Ibnu Suhaendra, S.I.K., dalam acara Diskusi umum barang bukti buku tindak Pidana terorisme yang dilakukan bersama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, di Yogyakarta pada Selasa (28/11)
Ibnu menjelaskan jika acara Diskusi Umum kritik terhadap buku Aman Abdurrahman ini adalah sebagai tindak lanjut atas putusan pengadilan yang menyatakan bahwa buku-buku sitaan yang memiliki konten radikal terorisme untuk dilakukan analisa dan kajian. Yang mana hasilnya dapat pula dimanfaatkan untuk melakukan kontra terhadap ideologi terorisme.
Deputi 2 BNPT menambahkan buku Tauhid For the Greatest Happiness menjadi semacam alat perekrutan untuk menyasar generasi muda yang masih belum stabil, dan masih dalam proses pencarian jati diri.
“Adapun sasaran mereka adalah generasi muda yang dinilai masih belum stabil, masih dalam proses pencarian jati diri, dan dekat dengan teknologi media sosial. Hal tersebutlah yang dimanfaatkan untuk merekrut ke dalam pemahaman radikal dan jaringan terorisme,” ujarnya.
Jenderal Polisi bintang dua ini pun berharap mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta mampu mendeteksi dini, memahami dan menyaring buku-buku yang beredar dan tidak terjerumus dengan ajaran yang menyimpang.
“Kami berharap dapat mengajak hadirin sekalian memahami tentang ajaran tauhid yang benar yaitu menekankan cinta, kedamaian, dan ketaatan kepada Tuhan YME, serta menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian, bukan sebaliknya,” jelasnya.
Di lain pihak, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Dr. Moch. Sodik, M.Si., menilai kepedulian mahasiswa dalam membaca buku akan semakin meningkat dan dibarengi oleh pola pikir yang kritis sehingga mampu memberikan penjelasan ke masyarakat sekitarnya.
“Jadi daya kritis ini yang penting, karena dengan daya kritis muncul, maka dia (mahasiswa) bisa menjelaskan pada masyarakat yang lain, ini sebagai agen perubahan. Dengan nalar kritis ini mereka bisa memilih dan memilah, sambil kami yang di pimpinan dan dosen-dosen juga mengarahkan buku buku yang berbahaya dan yang tidak,” ungkapnya.
Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Eks Napiter, Ust. Alex Abu Qutaibah, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. JM. Muslimin, Ph.D., Direktur URAIS Kementerian Agama RI, Dr. H. Adib, M.Ag., Direktur COMTC UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Bono Setyo, M.Si., serta Ketua Pusat Moderasi Beragama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Moh. Mahfud, M.Si.(HMS)