BNPT RI Bersama EU dan UNODC Lanjutkan Program STRIVE Juvenile

harianamanat.com

Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) mencatat adanya peningkatan jumlah anak di bawah umur 18 tahun dalam pusaran ekstremisme dan terorisme dalam beberapa tahun kebelakang. Selain didoktrin, dilatih dan dieksploitas oleh kelompok terror, mereka (anak-anak) yang pernah terlibat juga harus mendapat stigma buruk dan menerima penolakan oleh keluarga dan masyarakat.

Menurut Direktur Kerja Sama Regional dan Multilateral BNPT RI, M. Zaim Alkalish Nasution, keterlibatan anak dalam terorisme adalah fenomena yang kompleks, sehingga dibutuhkan adanya kerja sama multi pihak dalam menangani permasalahan tersebut.

“Pendampingan terhadap anak-anak adalah kewajiban, tidak dapat dilakukan oleh suatu lembaga saja, oleh karena itu profesional yang bekerja di berbagai bidang perlu bersatu bekerjasama, menentukan tujuan bersama dan saling mendukung,” ungkap Zaim dalam acara 3rd STRIVE Juvenile Project Coordination Meeting yang diinisiasi BNPT RI bersama dengan EU dan UNODC pada hari Selasa (14/3).

BNPT RI berharap seluruh mitra kunci dari kalangan kementerian/lembaga hingga organisasi masyarakat akan menjalankan sejumlah kegiatan dalam membangun resiliensi atau daya tahan anak yang rentan menjadi korban ekstremisme terorisme pada program STRIVE Juvenile, program yang ditujukan untuk mencegah dan melindungi anak-anak dari aktivitas kelompok teror, seluruh pemangku kepentingan akan fokus pada peningkatan resiliensi anak. Fokus ini merupakan kegiatan lanjutan STRIVE Juvenile yang telah dilaksanakan sejak tahun 2021.

Menteri Sosial RI Dr. (H.C.) Ir. Hj. Tri Rismaharini, M.T. yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan jika langkah pencegahan merupakan bagian penting dan efektif dalam menyelamatkan anak Indonesia dari jeratan radikal terorisme ketimbang menangani mereka setelah terpapar.

Salah satu agenda yang dilaksanakan adalah upaya pengembangan layanan rehabilitasi dan reintegrasi bagi anak-anak yang terasosiasi dengan kelompok teroris, termasuk mereka yang telah kembali dari zona konflik.(HMS)