harianamanat.com
KOTA BIMA,- Aktifitas Jasa Transportasi Laut di Pelabuhan Bima semakin ramai saja.
Terlihat kapal penumpang KM.Wilis bersandar.
Kapal ini telah berlayar dari Surabaya, Sulawesi, NTT dan sekarang akan mengangkut Penumpang dari Pelabuhan Bima.
Ratusan Penumpang berbanjar antri membeli Tiket, ada yang ke Sumba, Sulawesi juga Papua.
Harga tiket untuk menuju Ujung Pandang Sulawesi pun tergolong murah, hanya Rp.199.000 dengan rute perjalanan 23 jam.
Untuk memasuki ruang tunggu, penumpang wajib memperlihatkan Tiket masuk, kemudian Petugas akan memberi Stempel di tangan.
Pelabuhan Bima berada di Teluk Bima, saat ini telah dikembangkan menjadi pelabuhan penumpang dan barang.
Dermagapun saat ini sudah diperpanjang.
Dermaga untuk sandaran kapal seberat 5000 Ton dan Dermaga sandaran kapal 2000 Ton (istilahnya Ton kali yah 🙏😀,red ) masing-masing telah diperpanjang hingga 100 meter.
Begitu juga lapangan yang diperuntukan bagi penampungan barang peti kemas.
Terlihat puluhan Truk pengangkut berbagai komoditas lokal seperti hasil pertanian dan peternakan, lalu lalang dan antri menunggu muatannya dibongkar untuk kemudian diangkut menuju Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Pelabuhan Bima dalam dunia Perdagangan Maritim Abad Ke XVII
M, merupakan kerajaan bahari lintas pulau.
Letak geografis Pelabuhan Bima yang strategis menjadi tempat singgah kapal-kapal.
Konon dahulu, Para pedagang
yang berlayar diperairan Nusantara yang mencari rempah-rempah di
kepulauan Maluku, pasti singgah di Bima untuk memuat barang komoditi hasil alam Bima seperti beras, kayu dan kuda, baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Maluku
untuk mencari rempah-rempah.
Seiring waktu , aktivitas pelabuhan Bima semakin berkembang, dan akhirnya
pelabuhan Bima menjadi penting di Negeri ini.
Komoditi yang dihasilkan Bima
seperti beras, Jagung, bawang, kayu, kuda, Sapi, bahkan Garam mampu menggaet para pedagang dari daerah lain untuk
datang melakukan transaksi perniagaan.
Terutama hubungan dengan para pedagang
dari Sulawesi dan Kalimantan.
Konon, dalam sejarahnya
Pelabuhan Bima telah disinggahi sejak sekitar abad ke 10 bahkan sebelum itu.
Waktu orang portugis mulai
menjelajahi kepulauan Nusantara, Bima telah menjadi pusat perdagangan yang
berarti.
sehingga wajar jika saat ini Pelabuhan Bima merupakan Pelabuhan Penumpang dan Barang terbesar di NTB, ujar H.Kadri (75) Pemilik Gudang dekat Kantor Sahbandar Pelabuhan Bima kepada harianamanat.com Sabtu 6 Agustus di Pelabuhan Bima.
Menurutnya wilayah Bima pada tahun 1886 tercantum
dalam kontrak antara Gubernur Celebes en Onderhooridheden dan Sultan Bima
menyebutkan bahwa, luas wilayah Kesultanan Bima mencapai 156 mil persegi,
dimana yang terbagi atas wilayah Bima sendiri, dengan pulau-pulau kecil seluas
71,5 mil persegi dan di pulau Flores seluas 84,5 mil persegi, ujarnya sembari memperlihatkan halaman buku sejarah kesultanan Bima tulisan Abdulah Tayeb.
Kesultanan Bima
membawahi beberapa wilayah di bagian timur seperti Manggarai, Flores, Sumba,
Alor dan Sawu.
Menurutnya lagi Pelabuhan ini sangat ramai sejak dirinya masih kecil, kapal-kapal besar bahkan kapal perang RI pernah bersandar di Pelabuhan ini.
” Waktu saya kecil, pelabuhan ini sudah ramai disinggahi kapal-kapal besar, air lautnya deras, setiap malam kami mendengar suara ombak, anginnya sejuk, namun saat ini, walaupun pelabuhannya ramai, kami sudah tidak mendengar suara ombak, bahkan desiran angin pun jarang kami rasakan, mestinya semakin ramai artinya semakin maju harusnya semakin baik,” ujarnya.
Ia berharap Potensi Pelabuhan Bima ini bukan hanya membangun dari sisi infrastruktur dengan memperluas dermaga saja, tetapi juga ada pemeliharaan akan gudang-gudang tua sebagai cagar budaya, juga Teluk Bima.
” Pelabuhan Bima itu bukan hanya di dermaga, tetapi mulai masuk cabang SMEA itulah Pelabuhan Bima, Gedung-gedung tua itu jika perlu di bantu pengecatannya, itu sejarah Bima, bisa jadi potensi wisata, seperti di Semarang, gedung-gedung tua dirawat dengan baik.
Dan satu lagi, laut nya sudah dangkal, ketika air pasang saat musim hujan, kami sudah ketiban banjir, kalau bisa, dikeruk sampah-sampah yang mengakibatkan dangkalnya Teluk Bima ini, sayang pelabuhan yang hebat ini, lama-lama jika tidak diperhatikan Pendangkalan ini, Pelabuhan tidak akan berfungsi dan ini akan jadi Pemukiman, saya prihatin sekali melihat kondisi ini, semoga saja ke khawatiran saya ini tidak menjadi nyata,” ujarnya sembari menunjuk Gudang-gudang tua berdebu, kotor tak berpenghuni.
Pelabuhan Bima memiliki view yang Indah karena letaknya berada di Teluk Bima.
Di Pelabuhan inilah Potensi alam Bima yang bernilai ekonomi diangkut keluar daerah.
hasil komoditi lokal Bima seperti beras, kedelai, kayu, jagung, bawang, kacang tanah, garam, bahkan hasil Peternakan berupa Sapi,Kuda dan Kerbau Bima pernah dikirim ke Singapura juga Australia.
Aktifitas yang pesat di Pelabuhan ini, mestinya bisa diimbangi dengan Pemeliharaan Lingkungan Alam. Sampah dan Pendangkalan Teluk Bima haruslah menjadi PR bagi Pemkot Bima dan Perusahaan yang ada di Seputar Teluk Bima.(Sri miranti).
Foto oleh BHIMO, cover oleh ranti