Eco-Sport oleh @M.Firmansyah

Harianamanat.com,Mataram.

Saya bayangkan jika daerah hidup aktifitas olah-raganya. Pertandingan berjenjang terselenggara. Mulai tingkat sekolah, kampus, tingkat desa sampai tingkat nasional.

Tentu mudah lahirkan bibit olahragawan. Dari level daerah dan bahkan dunia. Anak muda pikirannya memenangkan pertandingan. Latihan dan bertanding. Tidak ada waktu melirik obat-obatan terlarang. Apalagi tauran pelajar. Bila ingin beradu. Ayo di atas ring.

Tidak ada lagi balapan liar. Kalau punya nyali dan skill. Ayo ke arena balap. Ekonomi-pun tumbuh. Tidak saja karena orang berdatangan akibat adanya pertandingan. Ingat ciri pembangunan daerah “datangkan modal dan datangkan orang”. Majulah ekonomi daerah.

Tetapi. Hobi akan disalurkan jadi bisnis. Penyewaan alat olah raga, tempat olah raga jadi hidup. Bak jamur musim hujan. Hobi basket, akan ada yang jual baju serta pernak pernik basket.

Saya ingat sahabat saya saat kuliah S1 di Unram. Dia pemain basket. Dia buka toko penjualan semua unsur basket. Dari baju, celana, sepatu mapun bola basket.

Bila hanya satu dua orang yang suka main basket. Gmana bisa terjual itu semua. Tetapi bila hampir semua sekolah (SMP dan SMA) dan kampus hidup olah raga basket-nya. Tentu ceruk pasar perdagangan produk basket jadi luas. Itu baru basket. Gmana dengan olah raga lain.

Dinas-dinaspun perlu selenggarakan lomba olah raga. Setidaknya sekali setahun. Bukan saja supaya PNS lebih rileks kerja dan bibit prestasi terukir. Tapi sengaja untuk gairahkan ekonomi.

Akhirnya. Selamat kontingen NTB yang masuk urutan 9 PON Papua 2021 dengan perolehan 15 emas. Sejarah baru ini semoga diikuti hidupnya olah raga. Sehingga Eco-sport jadi ruang baru tuk bangun ekonomi daerah.