Bima, Harianamanat.com,- Tidak ada seorangpun manusia di dunia yang tahu akan menjadi apa dirinya kelak dan perjalanan hidup itu merupakan sebuah proses panjang yang tentu dari hasil yang dibentuk dan berproses. Begitu juga dengan Hj. Indah dhamayanti Putri, SE. “ untuk menjadi Bupati Bima itu karena proses yang membentuknya, dan itu dia lakukan dengan usaha dan ketekunannya, karena pemimpin itu bukan dilahirkan tapi dibentuk,” ujar Drs.H.Burhan, M.Si salah seorang tokoh Bima di Jakarta.
Menurut Mantan Walikota Jakarta Barat ini, Bima memiliki SDA yang sangat cantik, dan SDM yang sangat handal, Tekun, ulet dan kuat. Jika sumber daya itu dipadukan antara SDA dan SDM yang handal tersebut dikelola dan dimenejemeni dengan Baik, bukan tidak mungkin Bima akan menjadi Daerah yang lebih maju. Namun sayangnya masyarakat Bima tidak mampu menyatukan simpul-simpul kelebihan itu, malah cenderung terpolarisasi.
“ contohnya jika ada orang pintar di daerahnya atau ada yang memiliki prestasi baik, tidak didukung malah di carikan kekurangannya sehingga orang menjadi pelit ilmu dan tidak berkembang. Tidak patuh pada pemimpin bahkan cenderung mengkritisinya tanpa solusi bahkan sering menyerang secara pribadi.”
Hal semacam itu akan membuat sulit bagi setiap orang yang memiliki ke ilmuan atau bagi setiap pemimpin untuk mampu bekerja maksimal. “sepintar dan sehebat apapun, sealim apapun di Bima ini akan sulit berkembang, karena kebaikan seorang pemimpin itu hanya di takar dengan uang bukan dari hasil karyanya.”
Menurutnya jika kita mau sedikit mengambil hikmah dari keterpilihan IDP-DAHLAN menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bima, semua itu akibat banyaknya intrik untuk meruntuhkan Budaya Bima.
Sebelum dan Setelah meninggalnya almarhum H. Ferry Zulkarnain, ada upaya untuk meruntuhkan Budaya Bima. “ tetapi semua takdir itu hanya milik Allah semata, kecintaan masyarakat terhadap keluarga besar kesultanan bima itu masih melekat. “
Kecintaan masyarakat Bima terhadap Kesultanan Bima itu masih tetap tumbuh, karena IDP yang mewakili Trah Kesultanan Bima tidak dalam membahasakan dirinya sebagai Pemimpin Yang Feodal, namun IDP hanya mempertahankan entitas budaya sebagai bahagian merawat budaya Adiluhung yang merupakan fakta sejarah.
“ Benar, dalam lima tahun kepemimpinannya ini, masih banyak kekurangan tetapi yang patut menjadi catatan adalah dalam kekurangannya IDP mampu menjalankan roda pemerintahannya dengan tenang dan rapi. Itu prestasi karena IDP- DAHLAN mampu berkolaborasi dalam memenej pemerintahannya dan dalam komunikasi politik antar keduanya .”
Setiap Kepala Daerah diawal masa kepemimpinannya adalah masa konsolidasi birokrasi, berapa jumlah kepala dinas dan kepala badan, potensi-potensi itu harus terus dibaca, diukur, karena tidak cukup hanya potensi tetapi ada jenjang karier birokrasi yang harus ditempuh. Dan untuk mencari SDM mumpuni ditubuh birokrasi itu butuh waktu, “maunya sih model lelang Jabatan jika SDM memenuhi syarat prosedural. Tetapi semua itu tidak seperti membalikkan telapak tangan.”
Dari konteks dan pemahaman itulah maka saya pribadi mengatakan IDP-DAHLAN masih layak untuk memimpin melanjutkan dan meneruskan konsep Program yang berkelanjutan.
“ sebagai mantan walikota saya pahami benar apa yang menjadi kendala dalam sebuah pemerintahan, sehingga saya memberi dukungan kepada IDP-DAHLAN untuk meneruskan dan melanjutkan program kerjanya dimasa yang akan datang, IDP-DAHLAN LAYAK LANJUTKAN PROGRAMNYA SAKALI WALI” ujar Alumni IIP ini.
Dan masih menurut Tokoh BMMB Bima-Jakarta ini, faktor penunjang dan pendukung lain untuk menjadi Kepala Daerah di era pemilihan langsung ini yang dimiliki IDP dan tidak dimiliki calon lain adalah, “ IDP memiliki kelebihan lain yakni mampu membaca psikologi massa, IDP sebagai orator ulung dengan performance mumpuni, mampu membaca situasi, saya yang alumni APDN dan IIP saja masih kurang dalam soal orasi yang terstruktur, efektif dan lembut dalam bertutur dan dalam penyampaian, “ ujarnya.
H. burhan mengatakan kelebihan lainnya lagi dari seorang IDP adalah pengalamannya mendampingi suami dan sebagai kepala daerah akan menjadikannya matang dalam berbagai hal, baik politik maupun dalam hal kebijakannya nanti, sehingga saya berkesimpulan “ IDP layak memimpin Bima sekali lagi dan patut untuk kita dukung bersama. Kehati-hatiannya dan teliti dalam bertindak itulah cermin seorang Ibu, dan IDP memimpin Bima itu ibarat dirinya pribadi membesarkan anak-anaknya penuh dinamika, tetapi akan sampai pada tujuannya yang mulia yakni anaknya berhasil, begitulah caranya dia memimpin Bima. “ ( 045 )