DEPRESI MENYERANG REMAJA
Oleh : Sri Helmi Hayati, S.Psi.,M.A.,M.Psi.,Psikolog
HARIAN AMANAT, MATARAM.
Depresi merupakan gangguan mental yang bisa menyerang siapa saja terutama remaja.
Remaja seringkali mengalami pertentangan batin yang paling memuncak dalam kehidupannya.
Remaja belum menemukan nilai-nilai serta pegangan hidup yang mantap sehingga mudah menjadi sensitif terhadap pengaruh dari luar.
Emosinya yang masih labil menyebabkan dalam menghadapi persoalan yang selalu menghinggapi dirinya baik yang berasal dari diri sendiri, sekolah, keluarga dan lingkungan seringkali tidak mampu dikendalikannya dan mudah tertekan sehingga rentan mengalami gangguan psikologis yakni depresi.
Remaja yang mengalami depresi akan menunjukkan beberapa perubahan seperti perubahan kebiasaan tidur, hilangnya nafsu makan atau bisa juga bertambah, sulit konsentrasi, pikiran negatif tentang diri dan masa depan, harga diri rendah, merasa tidak mampu, merasa bersalah, gelisah, menyalahkan diri, tidak ada motivasi melakukan sesuatu dan berfikir tentang bunuh diri serta mengalami kendala dalam hubungan sosial.
Salah satu kasus remaja yang mengalami depresi. Pasien ZA perempuan 16 tahun, duduk di bangku kelas 1 SMA.
ZA remaja yang cerdas dan senang berkompetisi dalam bidang akademik di sekolahnya.
Persoalan muncul saat ZA ingin mencoba sesuatu yang baru dalam kehidupannya. Selama ini ZA tergolong anak yang tertutup, jarang keluar rumah dan tidak terlalu memiliki banyak teman.
ZA mulai diajak oleh teman-teman sekolahnya untuk sering keluar rumah bermain.
Teman-teman yang mengajaknya tidak dikenal orangtuanya. Orangtuanya terlalu memberikan aturan yang ketat di rumah. Orang tua juga tipe pencemas sehingga seringkali terlalu menghawatirkan dirinya.
ZA tidak diperbolehkan bermain dengan orang yang tidak dikenal orangtuanya. Setiap ZA pergi keluar, orangtuanya mengantarkan dirinya. Kondisi ini membuat ZA tertekan dan tidak nyaman karena merasa tidak dipercaya dan dianggap masih anak-anak sehingga selalu bertengkar dengan orangtuanya.
Sejak saat itu ZA memberontak dengan cara mengurung diri di kamar, enggan disuruh apapun, enggan mau makan dan tidak mau belajar.
Kondisi ini semakin membuat orangtuanya tidak tenang. ZA sudah mulai menangis berteriak sendiri di kamar dan beberapa kali menyakiti dirinya dengan menyayat lengannya menggunakan silet.
ZA sudah menyampaikan bahwa dirinya ingin mati saja. Kondisi yang dialami oleh ZA tidak diketahui oleh gurunya.
Berkaca dari salah satu kasus tersebut bahwa remaja rentan mengalami depresi jika orangtua tidak memahami diri mereka.
Perlakuan / pola asuh dari orangtua yang kurang mengerti tentang kondisi anak remaja akan menyebabkan remaja tertekan dan bisa sampai melakukan hal yang bisa merusak dirinya sendiri.
Dengan demikian upaya yang bisa dilakukan dalam menangani depresi pada remaja memang diperlukan kerjasama dari beberapa pihak terutama dari orangtua dan guru.
Kedua-duanya memang harus memahami dunia remaja dan mengetahui bagaimana karakteristik remaja.
Sebaiknya tidak menunggu mereka mengalami depresi baru disibukkan untuk ditangani, akan tetapi perlu sedini mungkin untuk mencegahnya.
Saat ada anggota keluarga yang mengalami depresi minimal perlu mendengarkan apa yang menjadi keluhannya.
Jika kondisinya tidak bisa diatasi maka perlu mencari bantuan tenaga profesional yakni Psikolog Klinis atau Psikiater.
Salah satu cara penanganan yang diberikan oleh tenaga profesional seperti Psikiater yakni melalui obat dan Psikolog klinis melalui Psikoterapi.