dr.Sanusi : Hilangnya Sabar dan Syukur

Harian amanat, Bima.-
Tokoh Masyarakat Wera yang ada di Jakarta dr. H. Sanusi , S.POg mengharapkan agar masyarkat Bima kembali menjadi Peternak dan Petani, karena kekayaan alam Bima sejak dahulu menjanjikan kehidupan dalam dua bidang usaha tersebut, tinggal bagaimana menjadi Petani dan Peternak yang modern.
“ nenek moyang kita itu Petani dan Peternak, jadi mari kita jadikan diri kita petani dan peternak yang modern, kuasa teknologinya, dan bersama dalam mengembangkannya, yang punya lahan memanfaatkan lahannya, yang tidak punya belajar kuasai dan manfaatkan teknologinya, karena untuk mengembangkan usaha, membangun usaha, menjadi pengusaha dan berhasil itu tidak bisa dilakukan sendiri, itu memerlukan kerjasama dan kebersamaan, “ ujarnya.

Inilah beberapa petikan wawancara harian amanat dengan dokter kandungan sekaligus pengusaha sapi ini :

Sri : assalmuaalaikum om aji dokter apa khabar.

dr Sanusi : waalaikumussalam…..Sri..Sri..mestinya wawancara saya itu di Jakarta atau di Wera Sri….ini lagi bertamu niii….gak apa-apa yah…Sri sudah ijin sama pemilik rumah….hahaha…(sembari minta ijin ke Dae Yandi, karena diwawancara di pendopo kediaman Bupati Bima)…tapi jangan wawancara soal operasi atau kedokteran…tanya soal petani dan peternakan saya saja yah…..hahahaha….

Sri : Siap Om Aji….memangnya om aji dokter punya peternakan sapi…

dr Sanusi : ha…ha….ha..( kembali tertawa sembari memperbaiki letak jas nya ) wah…sri ini…sebagai wartawan kurang tinggi nih anten nya…ha..ha…saya itu anaknya peternak sapi sri… ( meminta ijin kepada Dae Yandi pemilik rumah, bisa duduk di kursi yang berada dekat pintu…”umi… ijin… saya duduk disini,” kursi sofa )
Saat saya kecil dulu, orang tua saya itu pemilik lahan yang luas ( kisahnya memulai cerita ) yang mengerjakannya mulai dari membajak hingga memanen itu adalah keluarga tetangga kerabat di dusun, mereka tidak di upah, tetapi hasil sawah itulah yang dikelola, hasilnya di bagi. Anak-anaknya tinggal dirumah kami, agar bisa bareng dengan saya pergi ke sekolah, kami tumbuh bersama, makan bersama tidur bersama dirumah saya, seperti saudara, dan itulah menjadi keluarga besar kami, setiap panen ayah saya itu mencatat hasil, membagi hasilnya, saya tidak pernah melihat ayah saya memberikan uang hasil panen pada mereka, tetapi hasil sawah itulah yang dibagikan, dan setiap akan bayar iuran sekolah, ayah saya menyisihkan uangnya untuk bayar SPP saudara saya yang lain, yang tinggal dirumah saya, begitulah siklus hidup kami setiap hari, tidak pernah ada perkelahian, sehingga kami semua merantau dan bisa seperti ini, kami seperti saudara, ada yang di Kalimantan, Sulawesi, Malang,Irian, Ambon, bahkan ada yang di Sumatra, jadi orang tua kami keliling memantau perkembangan kami semua, padahal kami bukan saudara kandung,” ujarnya.

Sri : ……terus beliau-beliau itu sekarang ini apakah masih hidup dan dimana.

dr Sanusi :…ada yang sudah wafat ada yang masih hidup…tetapi setelah angkatan saya menikah berkeluarga……kekerabatan itu sudah mulai hilang…hanya sampai saya saja…anak-anak kami tidak saling kenal..karena jarak dan waktu…dan juga…di wera sudah mulai berubah….cara berpikirnya…tinggal dan ikut orang saat ini dianggap menjadi pembantu…sehingga tidak adalagi kekerabatan itu.

Sri : apakah dengan kondisi itu ada hubungannya dengan peternakan sapi yang ingin di ceritakan…..

dr Sanusi : eeee…..ntar dulu sri…kan harus dimulai dari cerita masa lalu, agar kita bisa berkaca dari kehidupan masa lalu untuk menyambut masa depan…ha..ha..ha…sehingga kita bisa perlahan mengurai apa yang harus diperbaiki dan yang perlu terus ditingkatkan…..
( mengambil secangkir gelas yang berisi the hangat….diteguknya…. “ayo minum tehnya ibu wartawan kesayangan Bupati…..” )
Begini sri….saya mulai berternak sapi sejak tahun 2003…awalnya untuk ternak bantu keluarga di wera…modalnya hanya 2 sapi betina dan 1 jantan…..trus betina-betina itu melahirkan masing-masing 3 anak betina juga…karena yang rawat ini telaten…sabar..ikhlas….dia kasih nama setiap kelahiran….alhamdulillah dari 6 anak sapi itu lahir puluhan ekor sapi laki maupun perempuan. Alhasil sapi saya mencapai ratusan ekor…
Saya tidak hitung…saya tidak datang menjenguk….saya serahkan kepada adik-adik untuk menggarapnya…..saat sapi sudah mencapai 200an ekor..yang garap telepon.. “ aji apa sapinya bisa dijual…ada yang mau beli..”
Saya kaget….ketika dia beritau jumlah sapi, usia dan beratnya….karena saya hanya beberapa kali saja kirim uang….nah saat Emo
memberitau seperti itu, spontan saya jawab…terserah kamu…mana baiknya….
Akhirnya….dia kirimi saya uang Rp. 2 M….trus saya Tanya…apakah sapinya habis terjual….?? Emo itu jawab..tidak disisakan 8 betina dan 2 laki katanya..
Yang buat saya bangga kepada emo…. dia cerita…jika dari hasil sapi itu..dia bayar kuliah 3 orang anaknya di Makasar…dia bangun rumah dan dia beli mobil pik up untuk angkut pakan dan dia pagari halaman kebun….dan minta ijin naik haji dengan hasil sapi itu….saya iyakan karena saya pikir sapi itu bukan milik saya saja…tetapi milik dia juga..dia yang merawatnya hingga jadi banyak….
Sejak saat itu saya punya peternakan sapi…saya jual ke Jakarta…Labuhan Bajo….
Nah…beternak itu urusannya ke Ikhlasan….kita ikhlas..yang kerja juga ikhlas..hasilnya pasti akan baik.

Sri : apakah saat ini emo masih hidup dan apakah masih beternak sapi…

dr.Sanusi : Emo wafat setelah putra ketiganya diwisuda, sekarang di Jakarta ikut saya..urus Rumah Sakit yang saya bangun….peternakan masih ada sampai sekarang..
Saat ini….saya menunggu SDM dari anak-anak wera yang mau menggeluti bidang peternakan…saya akan bangun pabrik pengolahan daging sapi bahkan in syaa allah bangun pabrik pengolahan bawang merah….sehingga nanti daging sapi bima itu punya Brand sendiri…bisa bikin kornet sapi…Frozen…..begitu juga dengan bawang….karena bawang merah itu bukan hanya untuk bumbu dapur tetapi bisa jadi jamu dan kos
metik…nah…bahan mentahnya itu dari kita….dikirimnya nanti itu sudah dalam bentuk bubuk bawang….tidak lagi kita hanya jual bawang mentah tetapi sudah di olah…untuk Bawang Goreng kita bisa eksport..karena untuk pasaran di timur tengah itu masih terbuka…bahkan amerika….mereka itu tidak punya bawang merah seperti milik kita….
Loh…kita ini komplit….negara-negara eropa itu tidak punya lahan pertanian….ekspansi pasar mereka itu hasil olahan saja….dan mereka pintarnya itu terus berinovasi….bawang merah…salak bali… dan lainnya itu dibuatkan teknologinya..jadilah bawang merah yang mulus besar-besar….tomat…buah…itulah hebatnya amerika dan china…kuasai teknologi…sehingga naiklah harga produk mereka…mentah dan bibitnya itu milik kita ini…
Nah..kelebihan kita punya itu soal rasa…..itu tidak mampu di adopsi oleh teknologi…rasa buah hasil pertanian negeri kita…daerah bima ini berbeda dengan daerah lainnya…brebes boleh punya bawang….sulawesi boleh punya jagung….Labuhan Bajo boleh punya bandeng….probolinggo boleh punya Mangga…..tetapi soal rasa….yakinlah daerah kita tercinta Bima ini memiliki cita rasa yang khas dan khusus….itulah kekayaan Bima ini… itu yang harus kita jaga bersama….

Sri: Masya allah…jadi daging sapi Bima dan bawang bima itu berbeda yah cita rasanya…

dr.Sanusi: soal rasa daging sapi..kerbau…kambing…ikan Bandeng…Kepiting…Lobster…bawang merah…rempah-rempah….tidak ada duanya….jika mau harga sapi kita mahal dan dagingnya empuk seperti sapi Australia…ayo…jangan rusak hutan kita….jangan rusak sungai kita..karena disanalah hidupnya makanan bagi rumput dan cacing…..saat ini coba lihat…rumput dan cacing saja sudah sulit kita jumpai di tanah-tanah itu…
Jika kita bisa rawat alam bima ini…kehidupan kita masih berputar seperti ajaran agama kita…bahwa ada orang miskin…ada orang kaya…ada buruh…ada petani…ada guru dan ada murid….kita tidak akan merusak alam kita karena kita mengejar materi dunia….coba dulu…tidak ada orang bima yang meminta sedekah…karena apa…hidup saling tolong menolong tinggi sekali….tetangga bisa yatim piatu..tetapi orang sekampung akan merawat dan membesarkannya….sekarang sudah nafsih nafsih….akibatnya….maslah tidak pernah selesai…semua berlomba mencari kekayaan…lupa akan ajaran Allah….

Tetapi intinya begini….negara kita ini masih kekurangan pasokan daging…pasokan susu…pasokan ikan….dan itu untuk kebutuhan dalam negeri….masih sedikit….misalnya kebutuhan susu itu baru 19% dari kebutuhan 4.5 juta Ton susu yang dibutuhkan….bisakan dibayangkan…..susu yang ada akhirnya import..makanya harga jadi mahal….karena stok di negeri kita kurang….nah..kerjaan begini inikan bisa terintegrasi…saling berkaitan satu dama lain..petani dan peternak…
Nah…saya ajak masyarakat ayo ternak sapi perah….caranya sehatkan hutan kita…agar sapi kita bisa memiliki air susu yang banyak….dagingnya sehat dan enak…jaman kesultanan… Bima ini satu-satunya daerah di wilayah Nusa Tenggara yang meliputi Bali NTB NTT yang mengekspor Sapi jenis Sapi India dan juga Pemasok Susu Perah Sapi..Kerbau.. dan Domba Biri-Biri….bahkan Kuda dan Menjangan…ayo belum terlambat untuk memperbaiki hutan dan alam kita….
Kami warga WeraRaya yang kami sebut IKRA…sudah mulai membuat program..agar WERA kedepan itu bisa maju…dalam ilmu pengetahuan …lingkungan …pertanian dan peternakan serta Pariwisatanya…itu sudah jadi program kerja kami…ikatan Keluarga Wera Raya…akan mendidik generasi Wera fokus dengan program itu saja…sumber daya yang ada di wera itu hanya untuk itu saja….Kades-Kades…menyisipkan APDes nya untuk program tersebut…..perkuat pertanian dan peternakan..jaga alam wera…menjaga alam wera..memajukan pertanian dan peternakan itu adalah nilai mencapai Daerah Pariwisata yang Maju dan berkelanjutan…tidak sulit…tidak membutuhkan uang yang besar…hanya butuh kompak…konsisten…sabar dan ikhlas dalam menjaga lingkungan..jaga alam wera raya….
Dan bagi tokoh-tokoh wera raya yang mampu…support untuk bangun pabrik pengolaan hasil pertanian dan hasil peternakan…..
Jadi mereka akan persiapkan generasi muda wera untuk disekolahkan..ke teknik mesin…sekolah teknologi tepat guna lainnya…

Sri : apa pesan untuk pembaca

dr Sanusii : saya hanya ingin kembali pada kisah masa lalu….semoga bisa jadi bahan introspeksi kita semua…..saat ini kita kehilangan Jalan pemahaman..penghayatan dan pelaksanaan akan ajaran Agama kita….Sabar dan Syukur….itu yang hilang….dahulu orang tua kita sangat mensyukuri nikmat kehidupan yang Allah berikan….mereka menjadi buruh tani…disyukuri dan dijalaninya dengan sabar dan ikhlas….bagi mereka yang penting halal….hidup tenang…tidak punya hutang…anak-anak bisa sekolah….ilmunya bermanfaat untuk agama….

Sekarang kita lihat..semua orang tidak sabar dan tidak mensyukuri apa yang menjadi kehendak Allah….semua ingin mendadak kaya….sehingga lupa akan keterbatasan yang ada…..ngotot untuk mencapainya dengan cara meminjam uang…hutang pada rentenir….panen sekali tidak bersyukur lupa diri dan perbanyak hutang…sehingga ketika gagal…yang ada adalah kecemasan…marah…hilang kesabaran…hilang keyakinan akan Allah….Ketika kita kehilangan kesabaran..ketika kita tidak mensyukuri kodrat….maka pemikiran-pemikiran kita akan selalu mendapat bisikan syaitan…terus menuntu…terus menyalahkan….tiada henti….karena ajaran oetuah…anak yang Soleh .anak yang bermanfaat itu tidak diajarkan .tapi sekolah agar bisa kaya….bukan agar bermanfaat….itulah yang terjadi saat ini….
Kita telah melupakan ajaran agama kita….kita Lupa pada Allah…itu intinya….

Semoga banjir..bencana yang menimpa dapat mengembalikan kesadaran kolektif kita bahwa Allah ingin kita ingat bahwa kekayaan yang didapat dengan merusak lingkungan yang berakibat pada kesengsaraan orang lain…itu tidak akan berkah…hanya terasa enak dilidah saja…setelah itu akan menjadikan kita manusia setengah syaiton….
Mari…mumpung belum terlalu jauh…mumpung kesolehan sosial masih ada dalam jiwa jiwa kita….cepat kembali…jika tidak kita akan kembali menjadi daerah bahula….(Sri Miranti)

Foto : Ogie dan fb