Bima,Harianamanat.com,- Saya masih ingat, saat itu tahun 1984 saya kelas 1 SMAN I Mataram,Lombok NTB.saya di undang untuk menjadi Saritilawah dalam acara Nuzul Quran di Pendopo Gubernur NTB. pada saat itu yang membacakan Ayat Suci Al Qur’an adalah Juara I MTQ Nasional namanya Ramli Ahmad.
“ana aba su, baca terjemahan surah Al Baqarah yah, ayat 183 sampai 187, karena panjang, jadi nanti saya berhenti setiap satu ayat, kamu langsung terjemahkan,” ujar almarhum TGH Ramli saat itu.
Almarhumah Ibunda ku dan Panitia meyakinkan.
” Jika ini bagus, bulan depan kita akan ke Jakarta, di masjid Istiqlal, akan dihadiri presiden Suharto, jadi baca yang baik, nanti di rekam oleh RRI,” begitu panitia meyakinkan.
Almarhum H.Ramli tersenyum sumringah kala itu, karena menyenangkan sekaligus menantang. Sambil tersenyum beliau meneruskan, “ siap yah Sri, biar bisa bersalaman dengan Pak Presiden,” ujarnya menyemangati.
Saya diam saja, karena saya tidak punya rasa senang atau bahagia bisa bersalaman dengan Presiden, jadi saya hanya menghafal dan bisa menerjemahkan dengan baik saja cukup.
Akhirnya kami sukses, Gubernur Gatot Suherman kala itu tepuk tangan, dan kami bersalaman di akhir acara.
Saat itu saya dapat bingkisan, Radio kecil ber merk Philips.
Akhirnya kami ke Jakarta , untuk acara di Masjid Istiqlal.
1 jam sebelum acara saya gladi bersih depan panitia, TGH.Ramli hanya mengulang-ulang saja bacaannya dengan bergumam.
Tiba-tiba Panitia memberi Khabar bahwa Presiden Suharto, 30 menit lagi akan tiba. Orang-orang berseragam mulai sibuk.
Dan salah seorang panitia dan kakanwil Depag NTB menghampiri saya.
” Ananda Sri, karena tiang mik itu tinggi, ananda nanti diganti yah sama mbak Maria Ulfah, tapi nanti ananda Sri tetap akan rekaman di RRI, biar disiarkan setiap Ramadhan,” ujar Kakanwil Depag almarhum HL.Nurudin,SH.
TGH.Ramli Ahmad berkata ke panitia,
Apakah karena dia kecil.
Kakanwil Depag menjawab, ” bukan, karena Maria Ulfah sudah punya rekamannya, Sri masih kecil masih punya kesempatan tahun depan.”
Sejak saat itu, dimana TGH mengaji membacakan qalam illahi, maka saya yang membacakan saritilawahnya.
Beberapa tahun kemudian TGH dan kakanda Umi Fadlun memutuskan untuk pindah kembali ke Bima, tidak lagi mengajar di Ponpes Gunung Sari Lobar.
Pernah suatu waktu, saat saya menjadi anggota KPU Kota Bima, berkunjung ke Ponpes.
Saat itu beliau berharap, agar saya sering-sering datang ke ponpes, ajari santri dan santriwati kegiatan ekstra kurikuler.
Tapi karena saya merasa bukan hamba Allah yang Sholeha, pakaian masih suka mengenakan jins belel, tertawa masih ngakak, jadi ngeri juga untuk memutuskan mengajar para santri dan santriwati.
Kakanda Fadlun sempat bertanya.
” Apa kamu tidak mau menikah, masih mau jomblo begini.”
Seperti biasa saya mesem-mesem dan ngakak saja.
Akhirnya di bulan februari 2006, saya mendapat pesan dari almarhum TGH.Ramli, melalui almarhumah kak mini istri dari bang Nezon.
” Sabole-bole mu Arie, kau ta pondok, ngupa ba ustad aji Ramli Lao Kaka Fadlun mu ( kamu harus ke pondok, dicari pak ustazd dan kak Fadlun)”.
Sampailah saya di Ponpes Al-Husainy.
Almarhum TGH memberikan sekilas ceramah, dan memberikan selembar kertas.
” Tulis nama lengkap tahun lahir dan nama Aba dan ibu mu,” ujarnya.
saya menuliskan apa yang diminta. Seperti biasa, TGH selalu senyum. Beliau memahami saya yang bingung untuk apa menuliskan itu.
Akhirnya,beliau menyingung untuk soal tulis nama itu.
“in syaa Allah, Saya akan menjadi pendamping haji, saya akan doakan meminta jodohmu yang baik dan disegerakan.”
Saya terdiam. Terharu karena mendapatkan perhatian besar dari kedua kakak sepupu ini.
Sepulang beliau dari Makkah, saya bersilaturahim.
” Jika ada yang melamarmu, jangan ditolak, itu yang Allah kehendaki.” Ujarnya.
Berarti saya sudah didoakan.
Dan Alhamdulillah, barokah dari doa-doa, TGH Ramli Ahmad, Ustazd HM.Arifin Ilham, Juni tahun 2006 saya menikah, dengan M.Haris, S.IP yang saya kenal hanya satu bulan.
TGH. Ramli Ahmad dikenal luas sebagai Qori Internasional, Dewan Hakam Internasional, Dewan Masjid, dan alunan lantunan ayat-ayat Alquran, sudah bisa dikatakan diluar kemampuan orang kebanyakan.
Banyak Hikmah yang saya dapatkan dari seringnya bersilaturahim ke Ponpes, dan ngobrol bareng TGH.
saya mulai bersentuhan dengan buku-buku kitab, mulai dari kisah Abdul Kadir Jailani, Mahzab yang ber- episode, hampir semua buku koleksinya dipinjamkan.
” Bisa kan untuk di tulis di koran, biar semua orang bisa membacanya,” ujar TGH.
Sayangnya banyak yang saya tidak fahami maksudnya, karena terlalu dalaman.
Dan saya hanya coba baca tanpa menyentuh maknanya.
Dan harus diakui bahwa di Bima, baru Ponpes Al Husainy yang memiliki ciri didikannya. Yakni melahirkan Qori /Qoriah dan Tahfidz Al Quran.
Banyak pertanyaan terus bergelantungan. Akankah Ponpes Al Husainy tetap eksis setelah ditinggalkan wafat oleh TGH.
Dalam Asuhan TGH Ramli, Ponpes Al-Husainy telah banyak melahirkan Qori dan Qoriah Nasional.
Karena disana tidak hanya diajarkan bagaimana mengaji yang baik dan benar. Tetapi menjadikan alunan dan lantunan Alquran sebagai ungkapan isi dan makna yang terkandung didalamnya.
TGH Ramli Ahmda menjalankan prinsip penserahan diri. Menggunakan makna yang terkandung dalam Al Qur’an, untuk membedah kebuntuan ilmu, hakikat Al Qur’an dalam kehidupan manusia.
Karenanya TGH Ramli Ahmad mengajarkan kepada Santri dan Santriwati Ponpes Al Husainy bagaimana manusia di sekitar mereka saling menerima dan mengasihi tanpa syarat.
Menerima segala perbedaan dengan penuh kasih sayang tanpa mempertentangkannya. Dan menerima kelebihan dengan apa adanya.
Dalam pentas politik, TGH selalu mengambil sikap diam.
Ponpesnya hanya untuk Pengabdian.
” Tidak mesti terkenal, terbaik. Atau menciptakan Qori Qoriah Nasional, Bukan itu, itu hanya bonus.
Yang paling utama adalah anak-anak mampu mengerti dan memaknai apa yang terkandung dalam Al Qur’an, untuk kehidupan diri dan lingkungannya.”
Baginya bahwa ketenangan jiwa itu adalah Husnul khotimmah dalam hidup di dunia.
” Siapa yang mampu menjadi Husnul khatimah untuk tujuan akhirat, maka dengan sendirinya dunia yang Husnul khatimah pun di dapat.”
Semasa Hidupnya TGH Ramli Ahmad Pernah menjadi Dewan Jaman Internasional, Ketua Dewan Masjid, Qoriah Internasional. Dan juga ASN di Pemkot Bima, yakni purna tugas sebagai Kabag Kesra.
Selamat jalan TGH Ramli Ahmad.
Bima kehilangan Tokoh Agama Panutan.
Allah memanggilmu bersama kakak ipar mu yang paling kamu sayang dan teladani H.Umar H.Abu bakar Husain.( Sri Miranti)
” Bukan hidup sembarang hidup…
tetapi hidup haruslah punya makna…
Ilmu al Qur’an adalah lautan makna..
Maka Akal dan qalbu adalah sebuah kekuatan…..”( Catatan Pinggir TGH Ramli Ahmad)
Al-Fatihah untuk TGH.Ramli Ahmad dan H.Umar H.Abu Bakar Husain.