Seuntai Kenangan Dengan Aba Uma

Kota Bima,harianamanat.com,- Satu-Satu daun berguguran.
jatuh ke bumi dimakan usia.
tak terdengar tangis tak terdengar tawa.
tunas bersemi mengisi hidup, gantikan yang tua.

waktu terus bergulir, semuanya pasti terjadi.
daun-daun berguguran. tunas tunas muda bersemi.

tak guna menangis, tak guna tertawa.
waktu terus bergulir.
kita akan pergi dan ditinggal pergi.
semuanya mesti terjadi.(satu-satu by Iwan Fals)

Setiap orang pasti punya sejarah masing-masing, untuk dikenang untuk diingat.
baik oleh anak,cucu, keluarga, maupun oleh orang lain.

Sore kemarin pukul 15.40 usai ber Vidio call dengan Pak Rauf anggota DPRD NTB membahas soal wafatnya Pak H.Zainul Aidi, Sekretaris DPD Demokrat NTB yang mantan Anggota KPU NTB.
Disambung dering panggilan dari Aba Nor 282 Kepala Badan Pol PP Pemkot Bima.

” Sri…aba Uma waur lampa ulu..saya bou mai do mai ku, kanden nggori azan Weha na weki(saya baru dari rumah, tadi usai adzan ashar beliau mangkat).”
Demikian Aba Nor memberitakan.

Innalillahi Wainna ilaihi rojiun…
Dengan tergesa-gesa dan gemetar tangan ini menulis pesan ke beberapa WA Grup, terutama WAG Sulaiman Family.

Aba Uma demikian kami dan keluarga besar memanggilnya.
Aba orang yang sangat kami panuti.
pekerja keras, jujur dan tegas, itulah sosok Aba yang saya pahami.

Ketika rencana membuat Buku Sejarah Pembentukan Kota Bima, dibahas di WAG Bima Berkhidmat. Saya menemui Aba, akhir tahun 2020 tepatnya November. saat itu Aba sudah mulai sakit.

” Sudah lama saya ingin bicara dengan kamu, tapi sudah banyak juga yang saya ceritakan sama khaerudin Bimeks dan H.Rashid, tugas kamu ambil kisah yang menolak terbentuknya Kota Bima, karena kamu tau bagaimana kisah-kisah di DPRD Kabupaten Bima saat itu,” kata Aba.

Saya jawab saat itu ” Mada baru dapat data dari pak Subhan, pak Pardi, pak subagiono, sedangkan yang lainnya sudah pada wafat.”

Aba lantas minta pendapat saya.” Bagaimana menurutmu jika buku itu ditulis oleh kalian saja yang ada di grup Bima Berkhidmat, biar irit biayanya.”

Trus saya katakan,” bagus juga, pak khaerudin, om muslimin Hamzah, pak Farid Tolomundu, aji Rashid, bos Irwan El Karim bisa meminta pendapat dari pak Hamdan zulva, muma dua Reso, Abuya yang ada di Jakarta.”

Aba menguraikan, ” Banyak faedah yang bisa dipetik dari Buku Sejarah Terbentuknya Kota Bima, jika buku itu dibuat, Kalian bisa membacanya, anak-anakmu bisa tau manfaatnya menjadi wartawan sepertimu, karena kamu bahagian dari proses pembentukan kota Bima juga, walaupun saat itu kamu wartawan.yang penting, biar orang lain bisa menghargai dan mengingat jasa orang lain, walaupun secuil.karena biasanya, orang bodoh itu ingin menaklukan dunia, hanya orang pandai yang mampu menaklukan kehidupan.”

itulah obrolah terlama saya dengan Aba.
Entah apa yang ada dalam pikiran Aba tentang saya.
Karena Aba selalu bilang,” Satu kekurangan keluarga kita, terlalu Demokrat, sehingga tidak solid, mestinya kamu ada di gedung DPRD Kota jika keluarga kita solid, walaupun kamu tidak punya uang, tapi darah politisi Sulaiman itu melekat dalam diri kamu.” Itu selalu diucapkan hingga saya pamit balik kerumah.

Banyak cerita yang bisa digali, dari Sejarah Pembentukan Kota Bima.
Aba Uma dan beberapa orang yang terlibat yang masih hidup saat ini, menjadi saksi sejarah terbentuknya kota bima.

Kota bima ini berawal dari sebuah kecamatan Rasanae, kemudian menjadi Kota Adminstratif, lalu Kota Madya.
Seiring dengan perubahan status dari Kota Administrasi menjadi Kota Madya, maka mulailah para tokoh-tokoh pada zaman itu, diam-diam melalukan pertemuan.

Rapat pertama diinisiasi oleh almarhum H.Arifin H.Adnan dirumahnya jalan Soekarno Hatta.
Selanjutnya almarhum Malik Ibrahim,SH selaku Ketua DPRD Kabupaten dan Almarhim Dae Ferry selaku Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bima, menginisiasi setiap pertemuan dilaksanakan di kebun Aba Kader Jawa Baru di Niu(sekarang gudang Jagung samping PLN).
Aba Uma wajib hadir, karena tanpa Aba Uma, Rapat pasti ditunda.

Tugas saya adalah menggali kisah heroik dalam terbentuknya kota bima.Tulisan itu akan dikumpulkan dan diserahkan kepada Pak Khaerudin, Bang Muslimin Hamzah dan Bang Farid Tolomundu.

Yah, menulis bagaimana kisah penolakan untuk mendapatkan rekomendasi dari 2/3 tanda tangan anggota DPRD Kabupaten Bima.
Bagaimana kisah untuk mendapatkan tanda tangan Abuya sebagai Bupati yang menolak terbentuknya Kota Bima.
Bagaimana Sumpah dan Janji Anggota DPRD Kabupaten Bima yang menolak terbentuknya Kota Bima.
Bagaimana kisah untuk mendapatkan rekomendasi Anggota DPRD Prov NTB.
Karena Gubernur Harun Al Rasyid sudah menunggu dan didesak oleh Depdagri.

Dan Aba berpesan bahwa hanya pemimpin yang bisa menghargai jasa para pendahulunya saja yang akan mendapatkan berkah, selebihnya akan berkisah seperti tulisan N.Marewo.”dana Mbojo dana mbari.”
Jika dipercaya bekerjalah dengan jujur, amanah dalam bertugas.
In syaa Allah pengabdian yang seperti itu akan selalu dikenang.

Pesan Aba untuk saya.
” Semoga generasi Bani Sulaiman ada yang mewarisi ke tokohan para leluhur, dunia politik saat ini tidak mencari orang yang berkualitas dan pintar, dunia politik saat ini hanya mencari duit.
jadilah wartawan bermanfaat untuk daerah”.

Inilah sekilas riwayat Aba Uma;

Aba lahir dari pasangan H.Abu bakar Husain dan Siti Aminah, Aba merupakan anak ke tiga dari tujuh bersaudara.

Lahir di Bima 14 Juni 1948. alumni APDN 1982.
Sebelum menjadi Wakil Walikota Bima 2003-2008.
Aba Uma memasuki purna tugas sebagai ASN, saat menjadi Kepala Kesbangpol Kota Bima tahun Desember 2002.

Selamat Jalan Aba.
Mada adalah adik yang tidak pandai membahagiakan keluarga….
Maafkan Mada Aba, karena belum sempat menepati janji, untuk rapat dan bersama Pak Khaerudin, Aji Reso, Om Muslimin Hamzah dan Dae Farid Tolomundu, untuk membukukan sejarah Pembentukan Kota Bima.
Al Fatihah…(Sri Yusuf Sulaiman)