Kota Bima, harian amanat.com,-Ketua Dekranasda Kota Bima, Hj.Ellya Alwaini sangat perhatian atas nasib para pengrajin Kain Tenunan Bima.
Untuk itu dirinya melalui Dekranasda Kota Bima memberikan bantuan benang dan juga peralatan Tenun lainnya kepada para pengrajin.
Sebut saja Halimah pemilik UD.Berkah, pengrajin asal Raba Dompu Barat.
Ibu dua anak ini sudah jarang menenun sejak Pandemi Covid-19 melanda negeri.
Biasanya dalam sebulan dirinya mampu menghasilkan tiga lembar Sarung Nggoli. Baik sarung Nggoli dengan benang biasa maupun Nggoli menggunakan benang emas.
Namun sejak Pandemi melanda, dirinya hanya mampu menghasilkan 1 lembar kain tenun dalam 3 bulan.” Sesuai pesanan saja,karena sejak Covid, permintaan Tembe Nggoli berkurang,” ujarnya kepada amanat.
Di rumah produksi tenun di Kampung Tenun UD.Barokah yang berlokasi di Gang Nolly Kecamatan Raba, produksi tenun merupakan bagian kolaborasi dan sinergitas para penenun dengan Pemerintah Kota Bima.
Dan Umi Ellya sebagai Ketua Dekranasda Kota Bima, dirinya sangat tahu bahwa setiap kelurahan memiliki corak tersendiri dalam karya tenunnya.
Oleh karenanya bersama Pemkot Bima, Dekranasda Kota Bima mengembangkan kampung tenun menjadi destinasi wisata melalui produk-produk lokal unggulan.
“Kami berharap adanya rumah produksi tenun di setiap kelurahan, utamanya di 10 kelurahan yang memang merupakan bertenun itu menjadi kebiasaan masyarakatnya. ini tak hanya menjadi ikon khas Kota Bima tetapi juga dapat mendorong perekonomian warga setempat,” ungkap Umi Ellya usai memperkenalkan Kampung Tenun Ntobo pada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno beberapa Minggu lalu, saat Menteri Sandi berkunjung ke Kota Bima 13 Juni 2021.
Ia menambahkan, dua kelurahan telah memiliki Rumah Produksi yakni Kelurahan Raba Dompu Barat dan Kelurahan Ntobo.
adanya rumah produksi tenun ini diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan luar untuk berkunjung ke Kampung Wisata Tenun Raba Dompu dan Ntobo.
Selain itu pula dapat memberikan dampak bagi masyarakat sekitar dengan meningkatnya pendapatan mereka.
“Sebagai penopang ekonomi di tengah pandemi Covid-19,”kata Istri Walikota Bima ini.
Memiliki rumah produksi tenun merupakan harapan dari semua pengrajin.
pengembangan dan pembinaan yang dilakukan Pemkot Bima berkolaborasi dengan kerjasama yang melibatkan BUMD dan perusahaan swasta lainnya juga dilakukan untuk menunjang sarana prasarana di rumah produksi tenun.
Dan umi Ellya pun berharap bisa berkerja sama dengan Program Kotaku.
“Apalagi tadi kami diberitahu kalau ada beberapa perusahaan swasta yang memberikan pelatihan bagi penenun melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya, nah kami berharap PLN,TELKOM,Bank bisa bekerjasama dengan para penenun yang bernaung dalam Rumah Produksi Tenun,” terangnya.
Ketua Lembaga Pengelola Kampung Wisata Tenun Ntobo, Yuyun Setiawati mengatakan, dengan adanya rumah produksi tenun Dinah miliknya ini, melengkapi infrastruktur yang dimiliki oleh kampung tenun sebagai kampung wisata sehingga semakin layak untuk dikunjungi para wisatawan, bukan hanya domestik bahkan dari mancanegara.
“Sebelum pandemi, wisatawan dari negara Malaysia, Brunei Darussalam datang ke Kampung Tenun Ntobo, Raba Dompu bahkan Oi Fo,o,baik untuk melihat produksi tenun hingga berbelanja,” tuturnya.
Kampung tenun yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya, tidak terlepas dari peran serta semua pihak, baik dari pemerintah, BUMD, swasta dan lainnya. Sejak dibentuknya kampung tenun ini, ada peningkatan penghidupan masyarakat yang berbasis komunitas ini.
Perekonomian masyarakat mulai meningkat dengan adanya kampung tenun di hampir 10 kelurahan ini.(Sri )