Mataram, Harianamanat.com,- 17 Agustus 2020. Aku berdiri menerkam pertiwi. Abunya pekat, saat rongga-rongga tubuhku ku perhatikan satu-persatu. Disetiap rongga ku temukan keegoisanku mengendap. Menyelinap. Lalu menjalar perlahan mengikuti aliran darahku. Tiba dikelopak mata, tangisku pecah. Dentuman kenang membangkitkan memoriku yang bahkan aku belum dilahirkan waktu itu. Entah kenapa, kini timbul sesal dan tanya-tanya yang menggebu.
Hari ini 75 tahun Indonesia yang lalu, sejarah menceritakan kepadaku mengenai sosok nasionalis bangsa ini. Bangsa dimana tempatku berdiri dengan dua kaki tegap searah jalan pikiranku. Pun ku pahami itu sebagai satu-satunya harapan dibalik pertanyaan yang justru mengarah kepada diriku sendiri.
Gelegar pidatonya mengiang ditelinga, meski tak sekalipun ku dengar saat itu. Tentu saja, sudah ku bilang “aku belum lahir”. Namun, jejak historis mewarnai setiap imajinasiku. Merangkai sebongkah peristiwa besar di negeriku. Pancasila lahir, Dasar Negara yang menjadi panduan langkah kaki dari sebesar-besarnya ego yang menyelimuti.
Nuraniku membisik perlahan. Menanyakan sudah sejauh mana aku melangkah. Atau apa yang sudah berhasil ku ciptakan dari sisa-sisa asa dibatas kenang yang dengannya aku biasa bercengkrama. Dan setiap rongga memberi jawaban yang berlawanan.
Ku Ingin basuh seluruh tubuhku dengan sederet sejarah. Kumpulan kenyataan yang bisa membuka mataku selebar-lebarnya. Lalu berharap, rongga-rongga tubuhku yang sebelumnya dipenuhi oleh kepulan egoisku, perlahan terganti dengan sikap sepertimu.
Dengan tuntunan ideologi yang kau pancarkan disetiap lorong waktuku, bentuklah aku menjadi pemujamu. Mengenggam erat sendi-sendi disetiap baitmu, luruhkan seluruh keraguan dan kebimbangan yang kian membutakan mataku. Menderu irama nafasku. Dan denganmu, aku menjadi yakin benar. Sebab aku Indonesia. Aku cinta Pancasila.
Oleh : Arifudin
#SelamatUlangtahunKe-75Indonesiaku…