Mimpi Perempuan Perkasa Asal Wawo

banner 468x60

Harianamanat.com,- Perempuan-Perempuan perkasa

banner 336x280

yang membawa bakul di pagi buta

Siapakah mereka….

Mereka  ialah ibu-ibu berhati  baja.

Perempuan-perempuan  perkasa….

Akar-akar  yang melata dari tanah perbukitan turun kekota….

Mereka ; cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa….( Toto Sudarto Bachtiar )

Adalah Rohana  ( 58 ) namanya,  ia merupakan warga  Kabupaten  Bima  RT  14 Desa Raba Kecamatan Wawo penjual  Singkong  dipinggir  Jalan Desa Raba Wawo.

Ia merupakan Ibu dari 3 orang anak, dimana ketiganya masih mengenyam  dunia  pendidikan.

Putra  petamanya  Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram  jurusan Sosial Politik  saat ini tengah KKN. anak  keduanya seorang putri mengambil  jurusan PGSD di kampus yang sama,  sedangkan putra bungsunya tengah sekolah di SMAN I Wawo.

Tepatnya  empat tahun yang silam suaminya  meninggal dunia.

Sejak saat itu Ia menjadi  Orang tua tunggal bagi ketiga  orang anaknya.  Rohana setiap subuh membeli  ketela singkong  untuk dijualnya kembali. Terkadang  Ia pun berjualan sayur hasil tanaman dihalaman rumahnya.

Seperti pagi ini jumat  7 agustus 2020, dagangan Rohana tidak hanya batangan ketela  singkong, ada juga Labu, Pepaya, Jambu Mette, Jeruk Gunung ( Dungga Roa ) dan Jambu Biji.

Ia mengisahkan bahwa  singkong  yang ia jual merupakan hasil pembeliah dari para petani singkong. Kadang sehari dia membeli  satu hingga dua  karung singkong,  Untuk satu ikat singkong berisi  10 batang ia hargakan Rp. 20.000/Ikat.

Rohana bercerita dalam kesehariannya kadang singkongnya laku pesat dan terkadang tidak terjual sama sekali. Untuk  menanggulangi  singkong yang tidak terjual. Ia dan putra putrinya berinisiatif untuk membuat olahan dari singkong.

Rohana tidak pernah mengeluh untuk terus bertahan hidup, meskipun peghasilannya yang tak  menentu dari berdagang singkong, tetapi dirinya selalu keras hati agar putra putrinya melanjutkan pendidikannya. “ cukup saya saja yang tidak pernah sekolah. Anak-anak saya harus menjadi Pemimpin yang berhasil. “ujarnya.

Rohana berkisah, bahwa terkadang penghasilannya dari menjual singkong batangan tidak seberapa, tetapi baginya untung sedikit dan berkelanjutan itu sudah lebih dari cukup.

“sejak ada wabah corona, sepi pembeli…dulu asal melihat jambu, jeruk apalagi singkong baru panen, banyak pembeli yang mampir…sekarang ini laku dua-tiga ikat saja itu Alhamdulillah,” kisahnya.

Rohana dan teman-teman sesama   pedagang singkong menetapkan  standard harga  untuk dagangan mereka  yakni Rp. 20 rb/ ikat batang  ketela singkong.

Penetapan standard harga itu dimusyawarahkan oleh mereka yang berjualan di tepi jalanan, agar tidak tercipta  kecemburuan dan perkelahian antar sesama  pedagang, “ dulu disini sering ribut soal harga yang tidak sama, akhirnya kami sepakat harga dan jumlah batang singkongnya sama dan harganyapun sama.”

Perempuan Asli Raba Wawo ini, berkisah bahwa untuk mencukupi biaya pendidikan putra –putrinya, ia terkadang berjualan kue keliling. Dan jika putra putrinya liburan kuliah, maka  ia dibantu putra –putrinya.

Jika liburan putra sulungnya yang menggantikannya berjualan singkong, sedangkan Rohana dengan Putrinya membuat kue olahan panganan dari singkong, mulai dari kue Ponte Bojo, getuk, Palu mara Bojo hingga kripik singkong.  kue-kue hasil buatannya itu dijual keliling Wawo. Terkadang di sekolah-sekolah maupun di kampung, “  alhamdulillah, anak-anak berinisiatif membantu saya berjualan keliling.”

Bagi Rohana berjualan singkong itu saat musim kemarau atau musim singkong, sementara saat musim hujan dirinya berjualan mangga, nangka, ubi, atau berjualan  kue mangkok di sekolah tepatnya di SDN 3 Wawo di desa maria . “  langganan kue mangkok yang saya buat itu adalah guru-guru  dan siswa SDN 3, jadi saya naik ojek dari Raba ke Maria  untuk  berjualan ke SDN 3, dan itu sudah langganan.”

Rohana bercerita bahwa banyak orang yang menawarinya untuk membuka warung dirumahnya, tetapi dirinya  menolak, karena rumahnya ada didalam gang. Dan ia juga tidak mau dibebani hutang karena khawatir tidak mampu menyicilnya kembali. “ walaupun kecil-kecilan tetapi saya tidak punya  beban,” ujarnya.

Rohana perempuan parobaya pekerja keras dan berwajah manis ini bercita-cita bahwa Putra Sulungnya  kelak bisa menjadi Pemimpin. Doa-doanya untuk anak-anaknya, tangan dan jemarinya tetap bergerak memarut  singkong  yang  tidak laku dua hari lalu itu untuk dijadikan  panganan Ponte Bojo, sesekali melayani pembeli  ketela singkongnya. (Sri Miranti )

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *