Menakar Elektabilitas HML dari Pawai Rimpu

harianamanat.com

Kota Bima,- Bagi Politisi Handal seperti Walikota Bima, H.Muhammad Lutfi,SE menggelar sebuah Event kolosal tentu ada harapan lain yakni politik.

Event Rimpu Mantika yang menghadirkan puluhan ribu warga Kota Bima bisa jadi salah satu cara untuk mengukur elektabilitas politiknya.

Event yang di rancang jauh hari menjelang berakhirnya Periode 2018-2023 Pemerintahan Lutfi Feri itu, tentu untuk mengukur indikator elektabilitas HML.

Karena setiap momment menjadi bahagian langkah setiap Politisi untuk mengukur Penerimaan Rakyat terhadap dirinya.

Sebagai Politisi HML tentu bisa mengukur dampak positif dari Keberpihakan dan Penerimaan Warga Kota Bima.

Sebut saja di sela-sela Acara.
MC terus mensosialisasikan berbagai Program dan Prestasi Penghargaan yang Telah dan Sudah di raih HML selama menjabat Walikota Bima.

Terlihat ribuan pemilih pemula yang rentang usia 17-22 tahun, suka cita ikut serta dalam event Budaya tersebut.

Entah mereka mengerti atau tidak, mereka bersorak 2 Periode.
“HML 2 Periode.”

Tentu ini bukan sebuah ujug-ujug untuk ber yell..yell…karena pemilih pemula Kota Bima memiliki kecerdasan dalam ber Media Sosial.

Sehingga kita bisa menilai bahwa yell yell periodenisasi yang di lontarkan tentu bermakna dukungan dan harapan.

Dan Pemilih Pemula yang untuk pertama kalinya dapat menggunakan hak pilih pada Pemilu 2024 mendatang memiliki jumlah yang signifikan yakni 25 % .

Dalam Politik kegiatan Pesta Budaya merupakan salah satu media yang berpengaruh signifikan untuk mengukur tingkat keberpihakan masyarakat kepadanya.

Bagi politikus yang bekerja sepanjang waktu. Membuat event kolosal bukan pekerjaan instan lima tahun sekali.

Mereka yang intens menyebarkan ide-ide, membuat event-event kolosal, dan berdiskusi dalam bidang tertentu secara mendalam sepanjang waktu akan mendapat hasilnya saat pemilu.

Dan harianamanat.com mencoba menganalisa dan menakar seberapa besar Dampak dan Pengaruh Event Rimpu bagi Elektabilitas dalam tingkat Pengaruh dan Kesukaan warga masyarakat atas Program Pemerintahan HML.

Ada beberapa indikator yang kami Dialog/Tanyakan dari 234 orang (2 orang x 117 Kelompok Peserta Pawai).

234 orang ini kami klasifikasi dalam beberapa kategori, sesuai dengan jawaban mereka:

  1. Ada yang mengenal, tahu banget dan suka banget kepada HML.
  2. Ada yang sekadar tahu tapi Suka kepada HML.
  3. Ada yang tahu tapi memilih Netral saja.
  4. Ada yang tidak mengenal HML tapi ikut berpartisipasi saja.
  5. Ada yang mengenal HML tapi tidak suka HML , namun ikut berpartisipasi karena dalam pengawasan/absen.

Dari elaborasi 5 Kategori ini kami bisa mengukur tingkat elektabilitas HML.

Dan HML memiliki modal Popularitas yang cukup melalui event Rimpu.

Kiprah Rimpu ini bisa menjadi alat untuk terus di kelola sebagai salah satu keberhasilan HML dalam mempertahankan Budaya Bima yang hampir punah.

Kepedulian HML terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, utamanya Pengrajin Tenun.
Selama 3 kali Penyelenggaraan Event Pawai Rimpu, membuat Tenunan Khas Bima “Tembe Nggoli, maupun Tembe motif lainnya,” mampu menjadi sumber penghidupan Penenun saat ini.

Beberapa Desainer Nasional bekerjasama dengan Dekranasda Kota Bima yang di Ketuai oleh Istri HML yakni Hj.Ellya Alwaini, telah melahirkan Fashion Tenun Bima di kancah Internasional,
Utamanya Nggoli Bima.

Dan Rimpu sebagai adat Budaya yang hampir punah itu, terus di Lestarikan.

Walaupun Penyelenggaraan ini hanya event tahunan, tetapi dampak Ekonominya meluas dan sangat dirasakan oleh para penenun.

Dan akhirnya penulis ingin sampaikan bahwa, Gonjang Ganjing Isu Korupsi ditubuh Pemerintahan HML tidak menggetarkan Kategori Pemilih no 1,2 dan 4 untuk memilih.
karena tentu Politisi HML akan membuat strategi tambahan untuk bisa kembali memenangkan hati rakyat Kota Bima.
Karena Hanya politisi yang memiliki simpati dan empati terhadap permasalahan rakyat yang akan menuai simpati dan empati publik.

Penulis /editor : Sri amanat

Foto : Rizal Ray