harianamanat.com
Bima,- Sejak Banjir Bandang Menerjang Kota Bima 2016 yang meluluh lantakan wajah Kota Bima.
Banjir semakin sering datang mengguyur kediaman warga baik Kota maupun Kabupaten Bima.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, Minggu sore 5 Maret 2023, di dusun Mbani,desa Pesa, Kecamatan Wawo Kabupaten Bima.
Banjir bandang dari perbukitan itu menghanyutkan satu rumah dan dua unit sepeda motor, milik warga RT 03 /06 dusun Mbani bernama Sukrin (45) yang saat itu tengah berada di Perbukitan membersihkan kebun jagung miliknya.
Cuaca dan Intensitas hujan yang disertai angin kencang selama sebulan ini, memang perlu diwaspadai.
BMKG kerap membuat rilis akan prakiraan cuaca yang yang terjadi di wilayah Kabupaten dan Kota Bima.
Arus air hujan yang menghanyutkan ampas akar pohon, humus tanah, kerikil, bebatuan dari bukit-bukit, gunung-gunung yang Gundul di seputar Wawo, dan sebagian Ncai Kapenta , Ambalawi Wera wilayah Kabupaten Bima, akan terus mengalir bermuara ke Sungai-Sungai yang ada di Kota Bima.
Sehingga saat Banjir melanda Kecamatan Wawo, Perbatasan Kota Bima dan Kabupaten Bima Ncai Kapenta,maka itu menjadi Musibah Dahyat bagi Warga Kota Bima pula.
Kejadian luar biasa tersebut disebabkan intensitas hujan yang tinggi yang sedikit tidak normal memang harus di waspadai.
Dan kondisi tersebut diperparah dengan perubahan fungsi hutan menjadi kebun jagung dan fungsi Daerah Aliran Sungai (das) sebagai area yang menahan air, mengalami alih fungsi lahan menjadi kebun dan Das menjadi tempat pemukiman.
Perubahan keduanya yang secara ekstrim itu memang perlu menjadi ke khawatiran bersama.
Bencana banjir Bandang 2016 di Kota Bima, bencana banjir bandang 2021 di Kabupaten Bima, semuanya terjadi akibat adanya Arus air hujan dari Perbukitan yang menerjang pemukiman warga.
Daerah perbukitan harus dijaga agar daerah resapan air di hulu dan daerah aliran sungai yang terkonservasi dengan baik sehingga mengurangi risiko bencana banjir.
Selain intensitas hujan yang tinggi, tutupan lahan hijau di daerah hulu semakin berkurang.
Dari citra satelit mulai tahun 2000 hingga 2022, daerah resapan air makin berkurang.
Bupati Bima Hj.Indah Dhamayanti Putri,SE bahkan telah dengan tegas mengatakan agar hutan di jaga dan pemukiman di bantaran sungai agar terus di awasi.
Begitu juga dengan Walikota Bima HM.Lutfi, terus berupaya mendatangi tokoh agama, tokoh masyarakat, agar perubahan perilaku untuk tidak merusak lingkungan, perubahan perilaku agar sadar sebagai warga masyarakat memiliki empati untuk bersih-bersih lingkungannya, tidak merusak dan patuhi aturan pemerintah agar proses percepatan pembangunan bisa terlaksana.
Berkaca dari bencana banjir tersebut penulis mencoba melakukan analisa atas kejadian banjir ini, yang mungkin bermanfaat dalam rangka mitigasi bencana banjir.
Berdasarkan pengamatan penulis atas pendapat beberapa sumber baik dari Pejabat BPBD, Aparat Pemerintah Daerah dan Pemerhati Lingkungan, bahwa penyebab utama banjir disebabkan intensitas dan curah hujan yang tinggi dan kondisi gunung dan hutan yang gundul.
Daerah menjadi rawan banjir disebabkan alih fungsi lahan (hutan) di daerah hulu yang tidak memperhatikan dampak lingkungan dan penyempitan badan sungai.
Proses pengalihan fungsi lahan hutan dari kegiatan kehutanan untuk kepentingan kegiatan non kehutanan seperti perkebunan jagung.
Terjadinya penyempitan badan sungai mengakibatkan sungai tidak dapat menampung debit air yang masuk dari kawasan hulu.
Pengalihan fungsi sempadan sungai menjadi Pemukiman.
Pada aliran sungai perlu dilaksanakan penghijauan dengan menanam pohon yang akarnya mengikat seperti bambu, pohon beringin dan lain-lain.
Sungai sangat potensial apabila dikelola secara baik sebagai wisata sungai dan budidaya ikan.
Sungai selain berpotensi sebagai sumber kebutuhan akan ketersediaan air bersih, mengairi persawahan juga dapat dikelola menjadi lahan budidaya ikan.
Jika sungai dan bantaran sungai dikelola secara baik dapat menjadi sumber ekonomi dan wisata sungai.
Pihak Pemerintah Desa atau Kelurahan dan masyarakat, ada baiknya mulai bergotong royong, bahu-membahu dalam memperbaiki saluran drainase yang ada dan melakukan aksi bersih-bersih di lingkungannya, dan tidak membuang sampah plastik di sembarang tempat.
Drainase yang tidak memadai dan beralihfungsinya daerah resapan air harus menjadi perhatian utama pemerintah untuk memperbaikinya sehingga terjadinya bencana banjir dapat di minimalisir.
Dan Rasa Memiliki, Kebersamaan, Cinta akan lingkungan dan kehidupan yang baik,sehat haruslah menjadi impian bersama.
Kesadaran bersosial masyarakat kita mari kita tumbuhkan kembali, jangan hilangkan rasa kemanusiaan kita dalam hati ini hanya karena kita mengejar materi dan prestise.
Terakhir penulis ingin mengutip syair dari Dr. Irwan Husen, dosen pasca sarjana Unram yang penulis ambil dari grup WhatsApp Bima Berkhidmat :
“
Hujan ….
Kau merupakan anugerah yang musimnya telah ditentukan
Airmu adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk
Ia adalah kebutuhan pokok yang utama
Karena sangat menentukan perjalanan hidup manusia dan makhluk lainnya
Tanpa kehadiranmu banyak yang terkapar kering dan haus..
Namun hujan
Air yang datang mengguyur di beberapa daerah
Bukan lagi dianggap sebagai nikmat
Tetapi dituduh dan dituding sebagai pembawa bencana
Airmu dianggap sebagai pembawa dan menyebabkan banjir….
Hari- hari yang telah berlalu
Dilihat dan terdengar volume air yang melimpah….
Meluap sampai di jalan-jalan
Menerjang rumah-rumah dan isinya
Melongsorkan bukit-bukit yang berbatuan….
Hujan….
salahkah engkau?
Ketika engkau tidak datang semua merindukanmu
Saking rindunya kami meminta melalui sholat,
Engkau terlalu lama pergi
Sementara tanah dan tanaman kami kering kerontang…..
Kedatanganmu kami sambut dengan suka cita
Banyak orang yang berlari-lari di jalan menikmati dinginnya airmu
Banyak yang bersyukur tanah dan tanaman telah segar dan menghijau
Kau datang menyirami bumi yang kering kerontang….
Engkau datang dalam waktu yang cukup lama,
Terkadang sepanjang hari dan terkadang berselang
Kau terus hadir menyirami dan mendinginkan hati kami
Kami tertidur pulas karena engkau menemani…
Tapi kini kau hujan..
Kehadiranmu mulai mengusik kenyamanan manusia dan makhluk lainnya
Air yang kau bawa dianggap sebagai penyebab
Air sungai meluap,
air dari gunung meluncur deras
Airmu memporak-
porandakan tatanan kehidupan…
Hujan kau dituduh sebagai penyebabnya
Hujan kau tidak dibutuhkan lagi saat itu..
Banjir airmu telah menenggelamkan bangunan indah dan megah
Merobohkan dan menghanyutkan rumah-rumah
Menghancurkan jembatan -jembatan
Merusakkan jalan-jalan yang telah dibangun dengan biaya mahal..
Hujan ….
Kenikmatan yang kau bawa telah berubah menjadi bencana dan malapetaka…
Sebagian manusia saling tuding dan menyalahkan
Semua manusia berdoa semoga musibah ini segera berlalu….
Namun aneh yang berdoa itu pula yang melakukan perusakan dan ekosistem
Air yang kau bawa tidak ada lagi yang menampung karena ulahnya….
Pada akhirnya kau juga yang disalahkan
Hujan…
Airmu terlalu banyak,
Airmu terlalu deras,
Airmu tidak pilih kasih
Airmu tidak mampu ditampung…
Hujan kau diharap kehadirannya
Kau diriindu dan terus dirindu
Ketika kau hadir sekian lama
Kerinduan itu sirna seketika
Kau dianggap pembawa bencana, musibah dan malapateka…..”
Penulis/Editor : Sri Nuryati Haris
Foto : banjir bandang kota Bima 2016