Begini Kata Warga Kota Bima Soal Sampah

harianamanat.com

Kota Bima,- Bagaimana agar lingkungan kita Bebas dari Sampah.

Walikota Bima HM.Lutfi,SE telah memulai dengan memperhatikan kesejahteraan Petugas Kebersihan Kota.

Banyak yang berharap dengan komitmen walikota atas pemberian insentif yang tinggi, maka giat untuk Kota Bima lebih bersih dan Nyaman akan segera terwujud.

Masyarakat yang ingin melihat Kotanya Maju, Bersih dan Indah, berharap agar tidak hanya soal Kesejahteraan nasib petugas kebersihan, tetapi yang utama adalah kesadaran masyarakat sendiri dalam mencintai dan merawat lingkungannya.

Seperti yang kita lihat Sampah Plastik tidak jauh di pandang mata.
Keluar dari pekarangan rumah hingga keliling kota, kita akan jumpai Sampah berceceran di jalanan.

Sebut saja jalan utama Soekarno Hatta, dan Jalur Trans Lintas Nusantara.

Memasuki perbatasan Kota di wilayah Niu telah terlihat Sampah berserakan dipinggir jalan.

Di Pusat Kota kawasan Ama Hami diperburuk oleh sampah yang berceceran di Pasar.

Wajah Kota, Wajah Bima terlihat jelas disana.
Kotor, semrawut, bau dan kumuh.

Apa yang bisa dilakukan untuk menanggulangi persoalan sampah, yang kian hari kian menumpuk.

Beberapa saran dan harapan warga juga harapan Walikota Bima HM.Lutfi telah kita catat dan baca bersama.
( Baca : Walikota HML ; Gaji Naik itu Bagian Komitmen Mengurai Sampah

Gotong Royong-Reward-Punishment Untuk Sampah Kota

Umi Rohmi : Tangani Sampah Pemprov akan Bersinergi dengan Kab dan Kota

https://harianamanat.com/2023/01/09/umi-rohmi-tangani-sampah-pemprov-akan-bersinergi-dengan-kab-dan-kota/)

Kali ini Pendapat :

dr.Eka, Seorang dokter Umum dan Pemerhati Perempuan dan Anak NTB mengatakan bahwa, Hal besar yang ada dalam program zero waste (Bebas Sampah ) adalah merubah mind set masyarakat dalam mengelola sampah.

Memilah sampah dari rumah antara yamg organik dan non organik.

Kemudian melaksanakan 3 R.
Reduce yaitu mengurangi sampah pribadi, membawa tumbler salah satu upaya mengurangi sampah pribadi, sehingga kita tidak beli air mineral botolan /gelasan, menggunakan popok / pampers cuci ulang juga mengurangi sampah pribadi.

Recyle yakni mengolah sampah non organik menjadi benda yang bisa dipakai kembali.

Re use yakni menggunakan barang barang hasil recycle dalam kehidupan sehari hari.

Perubahan mind set butuh waktu, seperti juga kita yang sedang menerapkan prinsip di atas dalam kehidupan sehari-hari.
sehingga jumlah sampah yang di buang ke tempat sementara dan tempat Pembuangan akhir berkurang jauh.

Sudah sejauh mana kita melakukan pemilahan dan 3 R di rumah kita?

Jadi soal sampah bukan hanya tugas pemerintah.
Tetapi tugas kita bersama.
Utamanya kita pribadi dari rumah kita sendiri.

Muamar Qadafi S.P atau yang lebih di kenal dengan Papi Bram menguraikan bahwa ada beberapa hal yang bisa Pemerintah Kota Bima lakukan yakni
Bisa menggunakan konsep 5 Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

Salah satu pilar dalam 5 pilar itu adalah penangan sampah masyarakat.

Kota terbaik yang menangani sampah ini adalah Kota Mataram.

Pemkot Mataram mengajak dan memberdayakan masyarakat untuk mengelola sampah di tiap kelurahan.

Karena ada tersedia anggaran di tiap-tiap rumah lebih kurang 10ribu per bulan.

Pemerintah hanya mensuport equipment, seperti kendaraan bak tiga roda, pdl (pakaian lengkap, sepatu bot, sarung tangan, masker, topi dsb).

Serta pemerintah secara berkala memberikan pelatihan-pelatihan penanganan sampah dan sebagainya.

Kalau mekanisme kota bima kita ini, pasukan sampah mengambil sampah pada pagi hari yang dikumpulkan oleh masyarakat di pinggir jalan.

Sampah-sampah itu di bawa oleh masyarakat pada malam hari (sekitar jam 21.00 – 22.00) ke pinggir jalan.

Durasi antara jam 22.00 – 06.00, banyak hal yang terjadi yang membuat sampah itu berceceran meskipun masyarakat sudah memasukannya ke dalam kantung plastik, karung dsbnya.

karena hanya beberapa tempat yang memiliki bak sampah dari besi.

Sementara yang diletakan oleh pemerintah, selebihnya ditumpukan di lahan kosong atau diletakan begitu saja dipinggir jalan.

Jadi ada baiknya p
Pemerintah kota mendistribusikan wewenangnya ke pemerintah kecamatan maupun pemerintah kelurahan, sehingga skup penanganannya bersifat lokal dan mudah dikoordinir.

Karena Area kawasan penanganan dan kontrol menjadi lebih mudah.

Saya sepakat dengan Saran Wawan Some, Penangananya berbasis masyarakat.

itu adalah salah satu cara penanggulangan sampah yang tidak terlalu berat membebani APBD.
Dan masyarakat diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam mengatasi masalah sampah produksi mereka sendiri.

Nur Komalasari (40) RT 12/8 Kelurahan Nae mengatakan bahwa sebenarnya jika bergotong royong di galakan, pasti bisa, terbukti saat kedatangan Presiden Jokowi akhir tahun 2022 lalu, kota Bima bersih.

Sebagai Penggerak PKH dirinya meyakini bahwa masyarakat bisa diajak bicara, hanya saja kendalanya Lurah atau Penanggung jawab di wilayah kelurahan kurang peduli melakukan pendekatan dengan masyarakat.

“Coba Pak Lurah bersama RT-RW kompak solid turun ke perkampungan, duduk bareng yang tua dan yang muda bahas solusi mengatasi sampah di wilayah masing-masing yakin warga pasti mau.

Tapi harus jujur, bahwa pihak kelurahan tidak punya uang, jadi dengan cara bergotong royong.
Jelaskan juga jika ada pemilahan sampah untuk apa dan bagaimana caranya dan manfaatnya.

Jangan tunggu Walikota baru bergerak.
Masa urus masyarakat diwilayahnya tunggu perintah walikota.” (SURA)