Derita Bocah Maulana

harian amanat.com

Praya,- Malang nian nasib bocah Muhammad Maulana (4,5 tahun).
Bocah yatim piatu ini mengidap penyakit Gizi Buruk, kantung pantatnya menipis, sedangkan badan kurus tinggal kulit menyelimuti tulang rangka badannya.

Seorang Pegiat Kemanusiaan, Hasan Masat mencoba membantu Pengobatannya, namun menemui banyak kendala.

Banyak birokrasi yang harus dilakukan neneknya Maulana untuk dapat merawat cucunya itu di Rumah Sakit Umum Praya.

Inilah kisah Bocah Yatim Piatu Maulana.

” Beberapa hari yang lalu, saya membawa seorang pasien, tepatnya bocah dari Desa Beleke.

Bocah itu dari hasil awal teridentifikasi gizi buruk, walau dari komunikasi dengan dinas kesehatan ada faktor lain yang juga mempengaruhi kondisi anak tersebut.
Walaupun kondisinya seperti itu, pihak Dinas Kesehatan optimis bahwa Maulana bisa di sembuhkan.
Maulana bisa diobati meskipun cukup lama, kata orang Dinkes Praya.

Karena menurut Pihak Dinkes, bahwa yang utama adalah memulihkan gizinya dulu.

Saat itu Dinkes Loteng, langsung memberikan Sembako kepada Maulana.

Keseharian Maulana hidup bersama neneknya, ibunya telah lama meninggal dunia.

Sedangkan bapaknya setahun yang lalu ditangkap di malaysia, karena bekerja melalui jalur ilegal.

Jum’at 21Oktober 2022 lalu, usai sholat jumat,
Saya mengunjungi rumah nenek maulana

Saya hendak menjemput bocah tersebut.

Sesampai di rumah Beleke, kami ketemu dengan tim bansos dari Dinas Sosial Loteng.

Setelah beres beres dirumah nenek Maulana, sekitar jam 15.30 wita kami berangkat membawa Maulana bersama Neneknya ke RSUD lombok tengah.

Dua hari sebelumnya, Maulana sempat dirawat di RSUD Loteng, namun keluarga tersebut terpaksa pulang, karena Tidak Mampu membayar dan memenuhi kebutuhan jaga selama di rumah sakit.

Untunglah ada seorang darmawan yang membantu keuangan neneknya dan Maulana selama di rawat di RSUD Loteng.

Dan pada hari jum’at tersebut, setelah pemeriksaan ini itu, hingga pukul 19.00 wita, kami belum memperoleh kamar perawatan inap.

Alasan pihak RSUD bahwa hasil observasi dokter belum keluar

Kami pun sabar menunggu.
selang berapa lama, kami menanyakan langsung, dan di jawab, belum konek antara nama pendaftaran dan kamar inap.

Kami harus bersabar, sedang pasien yang berada di IGD demikian rame,kami memaklumi.

Kami bertanya lagi ke petugas jaga, jawabannya kaki ini, belum ada tenaga yang akan mengantar dan menerimanya di ruang inap.

Akhirnya saya telepon seorang pegawai rumah sakit yang saya kenal, untuk meminta bantuan agar bisa lebih cepat.

Karena sudah 6 jam lebih kami duduk menunggu di IGD.

Alhamdullillah, bagi kami yang penting Maulana bisa di rawat, dengan di gendongan neneknya, kami membawa Maulana, ke lantai tiga khusus perawatan isolasi anak RSUD Praya, tak ada fasilitas pasien buat Maulana.

Dari Peristiwa Maulana ini, Saya ingin mengetik pintu hati Bupati Loteng.

Sekiranya berkenan melakukan evaluasi terhadap manajemen rumah sakit, maka perubahan paling mendasar adalah merubah mindset, cara kerja, Perilaku orang – orang yang ada didalamnya.

Karena rumah sakit tidak hanya pada soal suntik, resep dan beli obat, namun paling penting adalah faktor pelayanan, keramahan, kebersihan serta sikap sigap para petugas, itulah modal pelayanan, yang memberi rasa nyaman dan bersahabat kepada pasien.

Ada empati terhadap kaum miskin.
Bukan hanya pengabdian untuk dirinya sendiri agar mendapatkan upah gaji dari Pemerintah dan negara.

Tetapi sebuah dedikasi akan pekerjaannya tanpa memandang pasien kaya dan miskin.

Merawat pasien yang tertimpa musibah, sakit, kecelakaan dan lain lain, bukan seperti merawat seonggok kayu, tanpa rasa kasih.

Sebagai rumah sakit pemerintah, mestinya meletakkan “makna bisnis” itu dibawah daulat bagaimana masyarakat bisa terlayani dan ditolong.

Tenaga Kesehatan saat ini sangat diperlakukan spesial oleh Pemerintah.
Kesranya ditingkatkan, tetapi sayangnya Kesejahteraan yang meningkat tajam, tidak dibarengi dengan pelayanan kemanusiaan.

Pasien tidak ingin dimanja oleh para tenaga medis, minimal senyum manis atau senyum kecut para nakes, bisa menjadi obat dalam kesusahan.

Cukup fasilitas tidak memadai bagi kaum papa didapatkan, jangan lagi perlakuan dan keangkuhan yang dipertontonkan.

Rakyat miskin tidak ingin sakit, karena mereka sudah mendengar bagaimana diperlakukan saat kaum marjinal dalam kondisi sakit.

Mereka lebih memilih menanggung beban kesakitan di rumahnya, ketimbang memilih untuk dibawa kerumah yang menyakitkan perlakuannya.

Jadi kami berharap Bupati Loteng, untuk sekadar memberi nasehat kepada para petugas di RSUD Loteng.

Mereka tenaga media, perlu diberi pelatihan publik Speaking, agar memahami bagaimana bahasa perlakukan kepada pasien miskin, pasien kaya.
Mereka bisa belajar berbahasa bertutur kata dan berperilaku ramah.

Audit kapasitas personel baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan job diskription yang jelas, adalah mutlak dilakukan ,termasuk time table untuk tenaga tenga tersebut.

Dan Kepada Bupati Loteng, ada baiknya agar biaya kesehatan yang murah dan bermutu menjadi program unggulan.

Dan untuk Muhammad Maulana, Kami ketuk Pintu Hati Bupati dan Keluarga, untuk bisa memperhatikan Muhammad Maulana, bocah cerdas nan ceria ini. (hasan masat)