harianamanat.com
Kota Bima,- Sungai dan Laut bukanlah tempat untuk membuang sampah dan limbah.
Mestinya kita bisa menghitungnya berapa Ton sampah yang berakhir di Teluk Bima.
Teluk Bima mestinya dijaga ekosistemnya dari Sampah, khususnya sampah plastik agar bisa memberikan manfaat.
Keberadaan Sampah diseputar Teluk Bima, bisa membahayakan biota laut, apalagi beberapa waktu lalu pernah terjadi munculnya limbah Blooming alga yang mencemari kawasan Lawata hingga Kalaki.
Sampah yang menumpuk diseputar Teluk Bima mestinya segera mendapatkan perhatian dari Pemerintah.
Dan itu belum terhitung sampah yang berada di dasar Teluk Bima maupun di dasar 13 sungai yang mengintari Teluk Bima.
Dan kondisi inipun memicu Pendangkalan di Teluk Bima.
Tumpukan sampah plastik, sampah rumah tangga diantara pohon Bakau Tua yang mengintari tepi Teluk Bima di kawasan Ama Hami hingga Lawata, sangat mengesankan jorok dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Dan kondisi itu sudah bertahun-tahun tidak pernah diangkat untuk dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
Padahal lokasinya merupakan Taman bermain dan juga sekaligus tempat wisata.
Teluk Bima merupakan Kawasan Strategis Provinsi NTB.
Pemerintah Kota Bima Era HM.Qurais H.Abidin menjadikan Teluk Bima sebagai Kawasan WATER FRONT CITY.
yakni kawasan terpadu Pariwisata dan Industri.
Untuk mengembangkan semua itu mestinya sampah-sampah plastik itu bisa dikelola dengan baik.
saat ini ada program Zero Waste yang dapat mengoptimalkan Pemberdayaan Sampah Plastik menjadi sebuah peluang usaha.
Pemerintah khususnya Dinas terkait, mestinya pun mulai mengkampanyekan Zero Waste dari rumah.
Pemerintah harus mulai melakukan Rehabilitasi dan menanam pohon Mangrove di kawasan Teluk Bima.
Hutan mangrove adalah langkah konkrit dalam upaya memperbaiki kondisi lingkungan alam kita.
Kita belum terlambat untuk melakukannya, membuat hutan mangrove sebagai alternatif pengganti hutan yang gundul akibat perubahan fungsi hutan menjadi kebun jagung.
Kita akan menghadapi Kondisi Perubahan Iklim dan Krisis Pangan.
Karenanya melansir Pernyataan Dr.M.Firmansyah Konsultan Ekonomi yang juga Dosen Pasca Fakultas Ekonomi Unram ini pernah mengatakan, bahwa kawasan Teluk Bima yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi NTB mestinya bisa dikelola bersama.
Pemerintah Kab,Kota Bima dan Provinsi mestinya bisa duduk bareng berdiskusi dan mengambil kebijakan yang strategis dalam menyembuhkan Teluk Bima yang sudah sakit parah.
Sakit Parah Teluk Bima yang dimaksudkan akibat terjadinya akumulasi Pembuangan sampah pertanian, sampah Plastik dan sampah rumah tangga.
yang dalam penelitian Dr.Syaifudin ahli Maritim dan Kelautan Unhas mengatakan bahwa Reaksi insektisida dan herbisida dari 13 aliran sungai yang mengelilingi Teluk Bima, membuat Teluk Bima tidak bisa lagi menjadi tempat berenang dan menyelam yang nyaman.(Ranti)
Foto : Bimo kawasan tambak garam di teluk Bima.