RAMADHAN : MAGNIT WISATA IMANIAH
Oleh Dr. Muhammad Irwan Husain Gani, MP.
Assalamu alaikun wr.wb.
Alhamdulilah dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hingga kini, kita telah dan masih mampu melaksanakan puasa dan amaliah lainnya di bulan ramadhan.
Ghirah menjalani ibadah puasa dan ibadah lainnya sangat terasa terutama di awal-awal ramadhan.
Di masjid-masjid Jemaah yang melaksanakan sholat wajib dan sunah membeludak melebihi hari-hari lainnya.
Di malam hari mulai dari anak-anak hingga orang tua, laki perempuan, kakek nenek tidak merasakan berat kakinya untuk melangkah ke masjid, mushola yang dekat maupun jauh.
Selanjutnya mereka melakukan gerakan-gerakan sholat yang dipandu oleh Imam Sholat.
Setelah itu kembali ke rumah-rumah masing-masing untuk melakukan rangkaian ibadah lainnya, sebahagian kecilnya tetap berdiam, untuk melakukan tadarus Al-Qur’an, suatu kondisi yang jarang terlihat pada bulan-bulan lainnya.
Mereka melakukan secara ikhlas tidak ada yang memaksakan, tidak merasakan berat maupun jauh, bahkan menggunakan kendaraan untuk menuju masjid. Semuanya adalah panggilan hati, untuk mengisi, menyambut, memetik dan meraih aneka hidangan yang disediakan oleh bulan Ramadhan.
Ramadhan telah berperan sebagai magnit sangat ajaib yang mampu menarik dan melekatkan jiwa manusia beriman untuk bersamanya selama sebulan.
Bulan ramadhan merupakan tempat dan waktu yang dituju oleh insan beriman untuk melakukan perjalanan wisata imaniah, dipadu dengan wisata –wisata yang kerap dilakukan pada bulan-bulan lainnya.
Gegap gembita itu setidaknya sangat terasa dalam 10 hari pertama, terkecuali bagi sebahagian orang yang sudah berkomitmen meneguhkan jati dirinya sebagai manusia beriman tetap melaksanakannya hinga berakhirnya bulan ramadhan.
Hal itu dilakukan agar tujuan akhir yang dikehendaki oleh bulan ramadhan yaitu manusia bertakwa (muttaqin) benar-benar dapat diraihnya.
Dia tidak ingin meninggalkan ramadhan berlalu begitu saja, tidak mau nilai keimanan dan ketakwaan berjalan ditempat tidak ada perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya.
Dia juga tidak mau terperosok menjadi manusia yang celaka karena rangkaian ibadah puasa tahun ini lebih buruk dari tahun kemarin.
Menghindari dirinya menjadi orang yang merugi karena kualitas dan kuantitas ibadah puasa pada tahun ini sama dengan tahun lalu.
Dia berupaya mengejar untuk menjadi manusia yang beruntung dengan melakukan rangkaian ibadah puasa tahun ini akan lebih baik dari tahun kemarin baik dari kualitas maupun kuantitasnya.
Magnit ramadhan telah melekat dalam hati insan beriman dilandasi tekat untuk menuju derajat takwa, wisata imaniah dilakoninya setiap hari terutama pada siang hari.
Insan yang berpuasa berupaya secara maksimal untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang membatalkan puasanya.
Selepas azan subuh hingga masuknya waktu maghrib dia telah menata hati dan jiwanya kepada hal-hal yang diperintahkan Allah SWT dan Nabinya.
Hatinya diarahkan untuk berwisata menuju pada pandangan yang menyejukkan mata batinnya.
Telinganya dipergunakan untuk mendengarkan lantunan-lantunan ayat-ayat suci yang diucapkan sendiri maupun melalui media-media.
Mulutnya digerakkan untuk selalu menyebut kebaikan-kebaikan, berjikir yang dapat menambah pahala dan tidak dipergunakan untuk berbicara yang tidak bermakna, terlebih membicarakan dan membongkar keburukan orang lain, meski diketahuinya.
Dia memanfaatkan kaki dan tangannya untuk berwisata ke tempat-tempat ibadah guna melaksanakan kewajiban secara berjemaah, yang mungkin sebelumnya jarang dilakukannya.
Ramadhan telah mengubah prilaku manusia untuk lebih condong melakukan wisata imaniah, untuk memperkaya nilai-nilai ruhaniahnya.
Ramadhan telah berperan menjadi magnit yang menarik pernik-pernik noktah hitam yang berada di dalam setiap diri untuk keluar dan digantikan dengan buih-buih putih laksana salju yang tidak terkontaminasi oleh setitik nilapun.
Ramadhan merupakan magnit yang mampu menarik manusia untuk berlomba-lomba melakukan wisata imaniah.
Ramadhan telah menggerakkan manusia untuk berlomba bergerak menuju ampunan Allah. Allah berfirman :
” Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Qs. Al-Hadid,21).
Ramadhan telah melekatkan hati dan jiwa insan beriman dari hal-hal yang bersifat duniawi, menuju hal-hal yang bersifat ukhrawi. Ketika menjalankan puasa, hidangan makanan dan minuman yang beraroma dan bergizi ditinggalkannya, mampu membelenggu kehendak nafsunya dari perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya dilakukan.
Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan justru mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan. (HR. Bukhari).
Mata yang sudah terbiasa memandang dan melihat sesuatu yang dapat mengoncangkan dan menggoda serta menyebabkan nafsu bergelora secara maksimal mungkin untuk dilupakan dan ditinggalkan.
Rasulullah saw bersabda : “Pandangan itu merupakan panah beracun dari anak panah iblis, barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan kemanisan iman di hatinya (HR. Thabrani).
Ramadhan baru berjalan hitungan hari, tetapi magnitnya sangat terasa dan ajaib.
Kedamaian, ketenangan, dan kemampuan mengendalikan keinginan dan bisikan nafsu telah mampu diatasi.
Namun rangkaian kegiatan ibadah-ibadah tidaklah mengalami penurunan seiring dengan berkurangnya hara-hari di bulan ramadhan.
Sebagai tempat dan waktu untuk melakukan wisata imaniah, di bulan ramadhan kita harus mampu melakukan pengingkatan frekuensi ibadah dan peningkatan kualitasnya.
Dengan wisata imaniah, kita terus bergerak menuju ridho dan ampunan Allah sehingga mampu berada pada tempat tinggal yang dituju.
Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yang takut, ia akan bergerak. Barangsiapa yang bergerak, akan sampai ke tempat tinggalnya. Ketahuilah sesungguhnya barangnya Allah mahal, dan sesungguhnya barang Allah adalah syurga (HR. Hakim).
Semoga, kita berkomitmen untuk terus bergerak melakukan wisata imaniah, dengan menambah nilai-nilai yang disediakan oleh bulan ramadhan dan mengoreksi segala langkah dan priaku yang didasari pada rasa tidak takut, menuju insan yang bertakwa sebagaimana yang ingin dituju oleh hadirnya ramadhan di tengah-tengah kehidupan kita.
Selamat menanti waktu berbuka… semoga ibadah puasa kita di hari ini akan menambah bekal kehidupan masa kini esok dan kehidupan akhirat kelak….aamiin Wassalamu’alaikum warokhamtullah wabarokatuh.