Sumbawa dan Selangor serta Lelaki Tua dari Laut oleh Muchlis Dj.Tolomundi (selesai)

●Sihir Diana

Pulau Moyo bukan hanya berburu rusa dan babi hutan di padang sabana. Juga tidak melulu sorga burung dan pembelajaran dari Bertong serta membahananya gemuruh ribuan kelelawar. Bukan cuma keheningan dan percakapan musik angin pada rerumputan padang, serta kupu-kupu menari. Atau bawah laut yang memukau itu.

Tetapi ada keindahan alami yang penduduk setempat lebih bahagia bila dilekatkan pada kekagumannya terhadap seorang puteri dari
benua yang jauh. Atau mungkin lantaran kiat marketing belaka untuk melejitkan Moyo di pasar wisata global.

Semula air terjun bertingkat itu namanya Mata Jitu. Belakangan penduduk menyohorkannya dengan nama air terjun Lady Diana—mengenang jejak mendiang yang pada 1993 bertamasya nyempul mandi di sini.

Ya barangkali itu siasat marketing. Sama seperti ketika agen property hendak menjual villa mewah di St Tropez, Prancis. Promonya mesti menyebut bahwa properti itu pernah sebagai tempat Diana dan Dodi Al-Fayed memadu kasih. Disebutkan pula tata furnitur dalam villa itu tak berubah sejak Diana terakhir menginap di sana. Itulah sihir Diana: melintas waktu, melintas benua, dari Eropa di belahan utara bumi sampai di senoktah Moyo pada belahan selatan bumi.

Setelah sarapan di penginapan, cobalah menikmati beningnya air daratan Pulau Moyo. Misalnya air terjun Mata Jitu. Bisa meminta warga desa untuk mengantar dengan jip tua atau membonceng sepeda motor sejauh separuh perjalanan. Selanjutnya, siapkan kaki Anda untuk menempuh separuh rute sampai ke air terjun. Atau bisa menyewa kuda untuk ditumpang hingga lokasi.

Sampai di air terjun mata segera bersibohok dengan warna air di kolam tempat air terjun jatuh, warna air di kolam itu hijau zamrud bening. Airnya mengalir dan jatuh ke kolam lain di bawahnya lagi, begitu seterusnya karena kolam memang bersusun dan bertingkat-tingkat.

Sungai-sungai di seantero kawasan air terjun dan hutan tropis perawan yang masih dihuni beragam hewan liar itu tampak menjadi komposisi keindahan alami. Beberapa tamu mengisahkan, kepada penduduk Labu Aji, pernah melihat bondongan banteng di sekitar air terjun.

Tanahnya lembab dengan guguran daun berserak seperti
karpet di pelataran. Surga kesunyian itu diimbuhi kicau burung dari rindang hutan seputaran, bisikan ranting dan daun dalam terpaan angin, juga gemiricik air menerpa babatuan.

Keheningan syahdu dalam atmosfir hijau alam semula jadi. Keheningan, kata seorang pelancong dari Eropa, adalah kunci kebahagiaan.
Impresi yang segera timbul: siapa arsitek taman alam menakjubkan ini?

Seperti tatkala anak-anak bernyanyi memuji keindahan pelangi sembari bertanya siapa menciptanya? Berjalan ke arah hulu menyusuri tepian sungai sungguh trekking berpemandangan elok. Sekeliling yang menakjubkan.

Aroma tanah dan tumbuhan hutan dalam tangkupan hijau pepohonan menebarkan atmosfer romantis. Pohon-pohon hutan yang tinggi lebat membuat lanskap teduh dan sejuk dalam perjalanan 500 meter ke arah hulu untuk mencapai satu air terjun lainnya.

Air terjun yang kedua ini ketinggiannya kurang dibanding air terjun yang pertama tadi. Air pada sungai di atasnya mengalir pelan melalui bebatuan yang berlapis-lapis seperti laguna bersusun, lalu mencurah turun dan jatuh ke kolam yang juga berwarna hijau zamrud kebiru-biruan. Mengalir tenang.

Batu dan dedaunan yang jatuh ke dasar sungai terlihat jelas karena beningnya air permukaan.
Beberapa laguna kecil itu indah pada tempatnya, bertingkat-tingkat, airnya jatuh ke tiap laguna dan berakhir di kolam besar yang letaknya paling bawah.

Inilah lanskap surga kesunyian di tengah pulau. Air terjunnya bertingkat tingkat hingga tujuh—mirip terrasering. Dari undakan laguna sungai tertinggi, air terjun ini mengalir secara berurutan ke tujuh kolam di bawahnya yang dibentuk secara menakjubkan oleh alam. Endapan kapurlah yang membuat aliran Mata Jitu
menjadi bagai laguna bertangga-tangga itu.

Dinding di balik air terjun lebih mirip seluncuran air dan orang bisa duduk di bawahnya menerima curahan penuh air yang tak begitu kencang menerpa.

Membayangkan Lady Di mandi di sana…… Itu bagai sihir Diana, membuat semua orang berkehendak mandi di tempat yang sama, sembari membayangkan mandi air terjun bersama sang putri.
Situs Lady Diana yang dikenang sampai kini bukan hanya air terjun. Tetapi juga kamar tenda dalam resort Amanwana. Di kamar tenda N0. 20 dalam resort itulah pada 1993 mendiang Diana menginap. Tenda itu dari kanvas berlapisan khusus anti air. Luas bilik pribadi yang diatapi kanvas sekitar 50 – 60 meter². Di dalamnya tempat tidur king size berkelambu tembus pandang diletakkan persis di tengah ruangan.

“Banyak tamu sekadar bertanya kisah Diana selama berlibur di sini,” kata warga Labu Aji, bekas pekerja di Amanwana.

“Sudah jadi dongeng,” ujar Hendra, kapten kapal resort itu, ”menjalar sendiri dari mulut ke mulut.”

Masih dengan raut Lady Diana dalam terawang, sore hari Anda bisa berjukung kembali ke daratan Pulau Sumbawa, mendarat di pasir Pak Daeng atau di Pantai Labuhan. Dan beristirahat di Kota Sumbawa Besar. Untuk esok yang lebih segar.●