Bima, Harianamanat.com,- Seorang bayi di Desa Campa, Kabupaten Bima, NTB mengalami kelainan Atresia Ani, yakni kelainan kongenital, anus tidak berbentuk secara sempurna, karena terjadi gangguan pemisahan kloaka saat kehamilan atau tidak mempunyai lubang anus sejak lahir.
Untuk buang air besar, bayi berusia 60 hari ini terpaksa melalui lubang yang dibuat di perut sebelah kiri.
Putera kedua dari Pasangan suami istri Ani Fitriani (25) dan Abdul Hakim (28) warga RT006/003, desa Campa, Kecamatan Madapaangga ini bernama Muhammad Hafiz.
Ibunya sedang sibuk mengganti kantong kolostomi untuk buah hati mereka saat ditemui koresponden harianamanat.com.
Kantong berbahan plastik di perut depan sebelah kiri bayi Hafiz, itu harus diganti karena sudah penuh dengan kotoran. “jika tidak ada kantong plastic kolostomi, saya menggantikannya dengan kain kasa dan tisu, ini yang harus dibeli diapotik, bersama betadin, “ujar Ani,Ibu dari Haifz.
Tak seperti anak normal lainnya, bayi laki-laki yang baru berusia 60 hari ini tidak bisa buang air besar melalui anus. Karena mengalami kelainan Atresia Ani sejak lahir.
“Kata dokter, hafiz mengalami kelainan Atresia Ani, tidak mempunyai lubang anus,” kata Ani Fitriani, di rumahnya, RT 006 RW 003, Desa Canpa, Kecamatan Madapangga,Kabupaten Bima NTB. Jumat 30 juli 2021.
Ani Fitriani menjelaskan, Hafiz lahir secara normal, saat itu berat Hafiz 3 Kg dengan panjang 48 cm.
Proses lahiran anak kedua dari dua bersaudara pasangan Abdul Hakim dan Ani Fitriani ini dibantu seorang bidan dari desa Mpuri.
“Saya bawa pulang dari sawah sore itu, sehari setelah kelahirannya. Sampai malamnya Hafiz tidak mau minum ASI, malah muntah dan demam,” ujarnya.
Khawatir dengan kondisi buah hatinya, Ani dan Hakim lantas meminta pertolongan ke bidan yang membantu lahiran Hafiz. Saat diperiksa oleh bidan tersebut barulah diketahui kalau Hafiz tidak mempunyai lubang anus. Bidan itu pun menyarankan agar Hafiz segera dibawa ke RSUD Bima.
“Saya bawa ke RSUD Bima, pagi subuh. Langsung ke IGD. Siang itu juga dokter di IGD langsung mengambil tindakan dioperasi karena sudah darurat. Oleh dokter dibuatkan lubang di perut depan sebelah kiri untuk buang air besar,” terang Ani.
Sementara ayah Hafiz, Abdul Hakim (28) menjelaskan, pasca menjalani operasi untuk membuat lubang BAB, buah hatinya tidak lagi menangis maupun demam. Bayi Hafiz juga sudah mau meminum ASI dari istrinya.
Hanya saja, dia harus menanggung biaya untuk membeli kantong kolostomi atau Kain Kasa, Tisu dan betadin, bagi hafiz. Rata-rata sehari dia harus membeli 2 kantong yang harganya mencapai Rp 40 ribu/biji. Sementara penghasilannya sebagai buruh serabutan tergolong tidak menentu.
“Kalau di rata-rata penghasilan saya sebulan hanya Rp 300 ribu. Karena kadang ada kerjaan, kadang tidak, jika musim panen bisa mencapai Rp.1,5 juta sebulan, karena saya keliling membantu pemilik lahan,” ungkapnya.
Kebutuhan kantong kolostomi untuk Hafiz harus dipenuhi Abdul Hakim dan Istri hingga 6 bulan ke depan. Pasalnya, operasi untuk membuat lubang anus permanen baru bisa dilakukan setelah Hafiz berusia 8 bulan.
“yang kami pikirkan saat ini adalah, biaya operasi hafiz nanti, karena kata dokter usia Hafiz belum cukup untuk dioperasi lagi. Rencananya nanti saat usianya sudah 8 bulan baru bisa dioperasi untuk membuat lubang anus permanen, semoga Allah mudahkan, ” ungkap Abdul Hakim yang setiap sore membantu membersihkan Masjid Raya Desa Campa.
Pasangan Ani dan Abdul Hakim mengaku bahwa, mereka tidak pernah mendapatkan bantuan sosial baik PKH, BLT juga bansos lainnya.
“tidak pernah dapat bantuan apapun, apalagi saat banjir kemarin, paling hanya dapat bantuan dari tetangga dan pemilik sawah tempat suami saya bekerja bantu-bantu, “tambah Ani istri Abdul Hakim.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Desa Campa yang Harianamanat.com hubungi melalui nomor 085 333 138 6xx, tidak menjawab. ( Admin dan Rauf)