Oleh: M Firmansyah (FEB UNRAM)
Setelah buat test antigen Covid-19, ENTRAM, NTB kini rencana buat Vaksin. Vaksin ditujukan untuk SARS Cov-2. Vaksin berbasis protein rekombinan spike Virus SARS Cov-2.
Tim peneliti dari UNRAM dan Lab Hepatika. Mereka sudah menapakan kaki. Tahapannya: Mulai uji preklinis, analisis ekspresi protein, purifikasi serta uji kualitas dan kuantitas antigen rekombinan.
Rangkain itu butuh waktu 5 tahun. Diperlukan anggaran Rp. 15-20 Miliar. Angka yang sedikit dibanding manfaat. Dan nilai bisnisnya.
Peneliti yang terlibat, peneliti terbaik. Prof Mul misalnya, dikenal dari virus hepatitis dan Lab Hepatikanya. Lab Hepatika sukses buat vaksin hepatitis. Itu virus juga.
Ketua tim Peneliti abang saya Muhammad Ali, PhD. Jebolan Kampus Terbaik Asia. Nagoya University Jepang. Sekarang jadi Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UNRAM.
Bang Ali sering menang hibah riset bergengsi Dikti. Subjek riset micro biology. Publikasi ilmiah bang Ali cukup banyak. Terbit di jurnal-jurnal internasional bereputasi. In sya Allah sebentar lagi capai guru besar.
Saya kirim WA ke Bang Ali terkait upaya ini. Beliau jawab singkat, dengan segala keterbatasan kita jalan dik. Bismillah, katanya.
Waktu buat antigen, bang Ali sempat khawatir. Apa iya bisa pulang ke rumah. Mereka bergelut dengan virus misterius. Juga berbahaya. Di laboratorium. Bahkan ada kolega yang tidak setuju. Khawatir penyebaran virus mengganas di kampus.
Lagi-lagi, Bismillah. Ilmuan harus punya tanggung jawab. Tidak boleh sekedar nonton. Padahal bisa berkontribusi. Kata bang Ali.
Kapasitas bang Ali dan Tim tidak diragukan. Bertahun-tahun mereka di lab, teliti virus. Saya optimis, vaksin NTB dapat diproduksi pada akhirnya.
Mungkin dianggap jeruk makan jeruk. Saya puji terobosan UNRAM, Bang Ali dan Kawan-kawan peneliti. UNRAM rumah saya. Bang Ali pimpinan saya dalam urusan riset dan pengabdian ilmiah dosen. Saya harus suarakan ini. Semoga semua pihak tau UNRAM bisa. SDM NTB Bisa.
Sebenarnya saya mau singgung Inovasi NTB. Konon deretan akhir. Apa pasal, kok bisa. Syukurnya ada terobosan ini. Saya suarakan vaksin NTB saja, bangga jadi putra NTB.
Uang Rp. 15-20 miliar buat projek ini besar bagi UNRAM. Kecil bagi pemerintah. Mungkin setara dengan biaya Fisibility Studies untuk proyek jembatan.
Lagipula. Pemerintah masih refokusing anggaran. Salah satunya untuk kesehatan. Bila ada dukungan eksekutif dan legislatif tentu lebih baik. Projek Vaksin NTB semoga jadi bagian sasaran refokusing.
Pemerintah Provinsi, Gubernur NTB sejauh ini dukung Vaksin NTB. Dukungan itu relevan. NTB gencar galakan industrialisasi. Industri bidang kesehatan jadi logis. SDM NTB melimpah di bidang ini.
Bicara industrialisasi, hulu-hilir bukan keahlian bang Ali dan tim peneliti vaksin. Kelembagaan bisnis, struktur pasar, perilaku dan performa industri tentu jauh dari ilmu pasti. Bahkan cendrung politis.
Bisnis adalah arena perang. Membesarkan bisnis adalah strategi perang. Lawan-lawan akan pasang kuda-kuda. Singkirkan pesaing dalam arena. Butuh tim solid. Jadikan vaksin NTB eksis dan diterima pasar. Tidak saja di sini, namun seantero dunia.
Selamat bekerja bang Ali dan Kawan-kawan peneliti. Saya yakin, Sementara ini yang ada kerja ikhlas. Diperhatikan, walau ada mungkin kecil. In sya Allah mereka ilmuan-ilmuan terbaik dan ikhlas. Walahu’alam