TUMBUHNYA KESAHAJAAN dan HILANGNYA KESOMBONGAN
Oleh : Dr. Muhammad Irwan H. Husain, MP.
Alhamdulillah, tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat dan telah menghantarkan kita berada pada sepuluh hari pertama pelaksanaan ibadah puasa di bulan ramadhan tahun ini. Banyak berkah, nikmat dan karunia yang diperoleh dan hikmah yang dapat dipetik selama 10 hari ini. Dilandasi iman yang kuat, hati dan jiwa yang penuh ikhlas, maka manusia beriman terus menambah dan mengisi pundi-pundi amaliah pada sisa-sisa ramadhan yang akan dilalui selama dua puluh hari ke depan. Manusia beriman terus memanfaatkan dan mengisi waktu yang ada untuk menjaga lisan, mata dan telinga, langkah kaki serta ayunan tangannya untuk menjemput dan melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, yang semuanya tidak ada yang sia-sia dan hasilnya akan kembali bermuara kepada dirinya sendiri..
Aktivitas manusia untuk melakukan ibadah vertikal dengan Allah SWT dan secara horisontal terhadap sesama manusia menunjukkan bahwa manusia beriman adalah sosok yang menerima kebenaran, sosok yang menjalankan perintah sesuai dengan kemampuan dan potensinya. Ia bukan sosok yang menolak dan takabur terhadap kebenaran, tidak mau menerima dan menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya secara terpaksa dan tidak mau menganggap dirinya lebih hebat dan lebih super dari manusia lain. Manusia beriman tidak mau ibadah puasa dai ibadal lainnya di bulan ramadhan tergores oleh noda-noda hitam yang menghilangkan kesuciaan dan kemuliaannya. Manusia beriman tidak mau disebut dirinya sebagai orang yang sombong. Ia tetap menjaga dirinya dengan sikap bersahaja, sederhana dan apa adanya, meskipun secara material dan keilmuan dia tergolong kaya dan pintar serta dilihat dari bentuk tubuhnya yang gagah, ganteng atau cantik.
Manusia bentukan bulan ramadhan adalah manusia yang bersahaja yaitu manusia yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan dalam setiap tindak tanduknya. Pelaksanaan ibadah puasa yang telah dijalaninya sepuluh hari ini, semakin mengasah dan mendorong dirinya untuk dapat ditingkatkan pada hari-hari selanjutnya, dan selepas ramadhan akan tetap mempertahankan kesehajaaan dan kesederhanaannya. Ia berusaha secara maksimal untuk menghindari dari julukan orang yang berperilaku sombong karena akan membawa malapetaka bagi dirinya maupun orang lain. Manusia beriman takut akan ancaman Allah SWT dan Rasul-Nya terhadap orang-orang yang beprilaku sombong. Menahan haus dan lapar serta larangan lainnya selama bulan ramadhan merupakan wujud dari adanya kesamaan kedudukan manusia di sisi Allah SWT yang membedakan hanyalah ketakwaannya.
Ramadhan yang mendatangi manusia setiap tahun salah satu misinya adalah membersikan jiwa manusia dari sifat sombong dan takabur. Sifat ini dimasukkan ke dalam kelompok akhlak yang tercela dan tergolong sebagai salah satu dosa besar karena dapat membawa dampak yang sangat luar biasa bagi proses kehidupan manusia. Kesombongan yang dilakukan manusia tidak saja terhadap sesama manusia namun terhadap Allah SWT dan Rasul-Nyapun manusia menunjukkan kesombongannya. Berkenaan dengan sifat sombong yang melekat dalam diri manusia terdapat banyak firman Allah seperti terdapat dalam surat Az-Zumar ayat 60 yang artinya “Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?
Kesombongan yang melekat pada diri manusia merupakan sifat dan sikap yang semestinya tidak terjadi manakala ayat-ayat Allah dan sabda Rasul-Nya dapat diimplementasikan dalam menjalani kehidupannya di dunia. Namun sayang, kebanyakan manusia lupa bahwa sikap sombong itu tidak harus disandangnya karena memang bukan miliknya. Rasulullah saw bersabda “Allah Ta’ala berfirman, “Keagungan dan Kemegahan adalah pakaian-Ku, dan kesombongan adalah selendang-Ku. Maka barang siapa yang menandingi Aku dalam dua hal tersebut, maka Aku akan memusuhinya”. (HR. Muslim).
Sombong, angkuh, membanggakan diri serta takabur adalah satu jenis perbuatan yang termasuk dalam dosa besar. Pelakunya termasuk orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir dan akan mendapatkan kehinaan. Orang sombong dan takabur adalah orang yang tidak segan menolak perintah Allah dan mengingkari kebenaran. Dia menutup mata terhadap kondisi di sekitarnya, tidak akan mau bergabung terkecuali orang yang dianggapnya memberi manfaat dan keuntungan bagi dia, dan ketika dia berkuasa melakukan kedhaliman terhadap bawahan dan rakyatnya. Perilaku sombong ini juga tidak hanya melekat pada orang yang kaya, namun melekat pula pada orang yang miskin. Rasulullah saw bersabda yang artinya “Tiga golongan manusia yang tidak akan pernah merasakan baunya syurga yaitu (1) penguasa yang zhalim; (2) orang kaya yang zhalim yang enggan membayar zakat dan (3) orang fakir yang sombong.
Bulan ramadhan dengan ibadah puasanya, mendidik manusia beriman untuk memperkokoh perilakunya dengan akhlak mulia dan terpuji. Manusia yang beriman alumni ramadhan adalah manusia yang mampu mengukir dan membentuk akhlak mulia, berbudi pekerti luhur, yang meningkat ketakwaannya, bersahaja, bersikap serderhana dan berada di tengah-tengah, tidak di atas dan tidak pula di bawah serta mengubur dalam-dalam sifat sombong yang melekat pada dirinya. Rasulullah saw bersabda Akhlak yang baik dan sikap tengah adalah salah satu bagian dari dua puluh empat sifat kenabian (Misyakul Mashabih).
Manusia dalam menjalani proses kehidupannya, harus memilih jalan tengah atau sederhana, tidak berlebihan (bersahaja), tidak tergesa-gesa, tidak terlalu lantang dalam bersuara serta tidak bersikap sombong dan angkuh dalam berjalan. Namun sebaliknya jangan terlalu lemah (kekurangan), bergerak lambat dan suaranya tidak terlalu kecil sehingga tidak didengar oleh orang lain. Rasulullah sawa bersabda “Sesungguhnya termasuk orang yang paling aku cintai di antara kalian, serta tempatnya paling dekat denganku di hari kiamat nanti, adalah orang yang paling luhur budi pekertinya di antara kalian. Dan sesungguhnya orang yang paling aku tidak sukai di antara kalian, serta tempatnya paling jauh dariku di hari kiamat nanti, adalah orang-orang yang banyak menggombal, banyak bermalas-malasan dan banyak melakukan kesombongan dan kecongkakan (HR.Turmudzi). Semoga kita terhindar dari sifat sombong dan bulan ramadhan ini kita suburkan kesahajaan dan kesederhanaan, agar nilai pahala yang berlipat ganda dapat diraih. Insyaa Allah .aamiin.