harianamanat.com
Bima,- Desa Sambori Kecamatan Lambitu adalah sebuah desa yang berada di ketinggian 800 m di atas permukaan laut, berlokasi di puncak gunung Lambitu.
Para pengunjung memberi julukan pada Desa ini dengan sebutan, ” the land in the clouds ” Negeri diatas Awan.
kondisi alam yang sejuk, sekalipun matahari memancarkan teriknya tapi di sini di desa Sambori, kita akan melihat kabut tebal menyelimuti hutan tutupan negara yang rimbun.
Dan senyum ramah masyarakat setempat akan menyambut hangat tamu ketika memasuki kawasan ini.
Tidak berlebihan jika desa yang masih menjunjung tinggi nilai dan peradaban ini, dijadikan sebagai salah satu desa adat yang ada di Kabupaten Bima.
Sambori memiliki dua perkampungan yaitu perkampungan lama yang masih dihuni masyarakat asli sambori, dan sambori baru yang dihuni oleh sebagian masyarakat asli dan pendatang, yang menikah dengan penduduk asli sambori.
perkampungan lama hingga kini dihuni oleh keturunan Ncuhi Tuki dan Ncuhi Nde, yang merupakan salah satu kelompok masyarakat Asli Mbojo atau orang suku asli Bima.
Masyarakat sambori sampai sekarang tetap mempertahankan ragam upacara tradisional, tradisi budaya, kerajinan tangan dan kuliner khas sebagai warisan leluhur.
Dahulu, diwilayah Desa Sambori Ele hingga desa Kuta, kita akan melihat masyarakat sambori yang membuat kerajinan tangan dari Daun Pandan duri.
Bahan baku pohon pandan duri sangat banyak di desa Sambori Ele hingga desa Kuta.
Dari daun Pandan inilah masyarakat Sambori membuat kerajinan tangan, yakni berupa anyaman tikar, keranjang, bakul, topi, alas piring dan gelas dan lain sebagainya.
Namun seiring waktu pohon pandan untuk membuat anyaman itupun punah.
Awal 2020 lalu, penulis beserta rekan-rekan pegiat wisata yakni PIJAR NTB dan Dinas Pariwisata NTB mendatangi tokoh masyarakat Sambori,
Kami berharap warga masyarakat Sambori mampu mempertahankan adat budayanya sehingga Desa ini bisa menjadi Desa Wisata Adat.
Jaga Alam Kita, Alam Jaga kita, Jaga Adat Budaya kita, Dunia Jaga Kita.(Sura)