MENGKOKOHKAN JIWA YANG IKHLAS
Oleh : Dr. Muhammad Irwan H. Husain, MP.
Harian amanat.com,- Ramadhan adalah kesempatan terbaik bagi manusia beriman untuk mengejar dan mencari nilai pahala amaliah yang berlipat. Manusia yang beriman tidak akan menyiakan-nyiakannya dan berlomba-lomba berpacu untuk menggapainya.
Manusia beriman semakin mencubit dirinya untuk menjalankan ibadah dalam bulan ramadhan sebagai wujud keimanan dan berharap adanya pengampunan dari Allah SWT atas segala kekhlafan yang telah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.
Syarat untuk mencapai hal tersebut manakala manusia beriman menjalaninya dengan penuh “keikhlasan’.
Ikhlas merupakan suatu perbuatan atau amalan semata-mata mencari keridhaan Allah SWT tanpa dicampuradukkan dengan hal-hal yang lain. Amaliah yang dilakukan tidak berorientasi pada keinginan dunia, menggapai keuntungan yang tinggi dengan menggunakan cara yang dholim, mengejar pangkat dan jabatan dengan cara-cara yang tidak patut, mengejar dan menumpuk harta secara berlebih-lebihan, mengejar kemasyhuran dan kedudukan tinggi dengan menyombongkan diri, meminta setiap perbuatan untuk mendapat pujian, mengikuti dan menjadi budak dan jajahan hawa nafsu dan lainnya. Ikhlas adalah melakukan segala perbuatan hanya tertuju kepada Allah SWT, dan jika melaksanakan yang sebaliknya maka tergolonglah ia dalam katogori orang yang riya (pamer) dan termasuk perbuatan syirik. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya serendah-rendah riya itu adalah syirik”.
Sepanjang bulan ramadhan, mata kita telah melihat dan menyaksikan orang-orang yang beriman dalam menjalankan puasa dan ibadah-ibadah wajib yang lain, ditambah dengan ibadah-ibadah sunah terpancar rona dan cahaya keikhlasan. Manusia beriman secara ikhlas mengorbankan kebutuhan wajibnya di siang hari, Ikhlas mengorbankan waktu menata kehidupan dunia diisi dengan kegiatan yang bersifat ukhrawi, ikhlas mengurangi tidur malam, ikhlas menjadi manusia sabar, ikhlas memberi dan menyebar ilmu dan kebaikan, ikhlas mengorbankan egois dan kesombongan, ikhlas menditribusikan harta yang dicintai dan keikhlasan-keikhlasan lainnya. Nilai sebuah keikhlasan adalah berbuat amal kebaikan yang sangat bergantung pada niat. Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung pada niat dan sesungguhnya akan mendapatkan apa yang diniatkan (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang yang mampu menjalankan ikhlas secara total, tanpa diembeli oleh yang lainnya, berarti telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya hanya semata-mata beribadah kepada Allah SWT, dan dapat mengaplikasikan firman Allah SWT dalam surat Al-An’am 162-163 yang artinya : Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” Suatu penyerahan diri yang penuh dengan kesadaran betapa kecilnya diri manusia dihadapan Allah SWT.
Menurut Iman Al-Ghazali, Sikap ikhlas akan menghasilkan buah keimanan yang sangat banyak dan berlimpah, antara lain terangkatnya derajat di sisi Allah, semakin kokohnya keyakinan, semakin kuatnya tekad dan semangat dalam hidup, dan membuat diri menjadi amanah (bisa dipercaya). Dengan keikhlasan yang benar maka dipastikan hidup dan jiwa akan mencapai kesempurnaan hakiki. Kesempurnaan jiwa akan tercermin dari taat melaksanakan segala perintah Allah SWT baik yang wajib maupun sunah secara ikhlas dan sesuai dengn tuntunan Rasulullah saw tanpa memilih-milih sesuai dengan apal yang disukai. Seandainya manusia hanya melaksanakan perintah-Nya yang disukai dan meninggalkan perintah-Nya yang dianggap berat, berarti manusia tersebut bukan termasuk orang yang taat apalagi ikhlas.
Sasaran yang dituju oleh pelaksanaan puasa di bulan ramadhan adalah terbentuknya sosok manusia yang taat dan takut kepada Allah. Manusia beriman dalam menjalankan ibadah puasa telah secara ikhlas menahan pendengarannya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT, ikhlas menjaga matanya untuk tidak memandang hal-hal yang dapat membuat ibadah puasanya sia-sia, ikhlas menjaga hatinya untuk menjauhi sifat riya dan ingin dipuji. Semuanya ini akan diminta pertanggung jawaban sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 36 yang artinya “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan diminta pertanggung jawabannya”.
Ciri manusia takwa hasil gemblengan ibadah puasa di bulan ramadhan yang lain adalah kemampuan untuk Ikhlas menjaga mulut dan lisannya dari berbagai ucapan dan pembicaraan yang dapat mengakibatkan puasanya tidak bernilai di sisi Allah SWT. Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan palsu atau tindakan atas dasar perkataan palsu itu, maka Allah tidaklah punya urusan ia meninggalkan makan dan minumnya (HR. Bukhari). Selama bulan ramadhan lisan terjaga dan terpelihara dari setiap ucapan, dapat menjadikan manusia memenangi pertarungan dan lahir sebagai manusia yang memiliki derajad takwa.
Bulan ramadhan adalah tempat dan waktu yang membimbing manusia beriman untuk dapat memperkokoh keikhlasannya. Tempaan bulan ramadhan yang mewajibkan manusia berpuasa merupakan sarana untuk mendorong manusia membentuk dirinya menjadi manusia yang taat melakukan segala perintah Allah secara ikhlas. Salah satu ciri orang yang ikhlas adalah senantiasa mengaggap dirinya hina dihadapan Allah SWT, merasa lalai dalam melaksanakan ibadah, hatinya tidak dapat dimasuki oleh sifat takabur, bangga dan takjub terhadap diri sendiri serta menjauhi sifat riya, pamer dan ingin dipuji. Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya orang yang pamer itu akan dipangggil di hari kiamat dengan empat nama yaitu wahai orang yang pamer, wahai orang yang sesat, wahai orang yang durhaka, dan wahai orang yang rugi”.
Semoga perjalanan ibadah puasa yang masih akan dilalui pada hari-hari mendatang dapat dilaksanakan secara total, penuh dengan keihkhlasan. Sehingga dengan keikhlasan yang kokoh, kita akan mendapatkan kekenyangan ditengah-tengah saat lapar, memperoleh segar dan basah ditengah kerongkongan sedang haus dan dahaga, memperoleh jiwa dan hati yang tenang tatkala godaan dashyat yang melanda, dan kesabaran ditengah kemarahan dan emosi yang tidak tertahan.
#Selamat ber buka puasa