Bima, 16, mei. Harian amanat.
Akademisi Univesitas Mataram Dr. Firmansyah mengatakan bahwa, sektor ekonomi yang paling terdampak akibat pandemi covid adalah, Rumah Tangga, UMKM, Koperasi dan jasa Kuangan. ”rumah tangga diperkirakan akan mengalami penurunan yang cukup besar dari segi konsumsi,”ujarnya dalam diskusi daring ZOOM warga WAG Bima Berkhidmat.
Penurunan sektor ini karena masyakarat sudah tidak beraktivitas di luar rumah, sehingga daya beli menurun, tidak hanya itu sektor rumah tanggapun terancam kehilangan pendapatan karena tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar utama bagi keluarga miskin.
Namun Dr. Firman mengakui ada rasa optimis akan perkembangan ekonomi lokal Bima, mengingat masyarakat khususnya petani Bima tengah panen Bawang merah. “ dengan naiknya harga bawang merah, yang berbarengan dengan petani tengah panen bawang merah, maka saya sangat berharap, Panen Bawang merah ini berdampak positif bagi perekonomian daerah Bima, “ujarnya.
Impact dari panen bawang merah itu bisa tercapai apabila pemerintah daerah, khususnya Pemkab Bima, mampu menjalin kemitraan dengan Bulog, pendampinga terhadap petani.
Salah seorang pengusaha ritel Bima, Ir, H, Rasyid Harman mengaku bahwa, dirinya sangat optimis, pertumbuhan ekonomi di Bima akan baik-baik saja bahkan akan mengalami peningkatan seperti tahun 1998 saat dimana BJ, Habibie menjadi Presiden RI. “ bagi usaha ritel, naiknya harga bawang akan berdampak positif , bayangkan saja harga bawang merah saat ini Rp. 50 rb/kg, dikalikan saja berapa harga 1 kwintalnya,”ujarnya.
Sementara itu h. Dudi selaku konsultan management mengaku bahwa, bagi pelaku ekonomi ritel lokal Bima, dampak dari covid ini benar –benar terasa, karena peredaran uang di daerah itu kecil.
Misalnya pelaku pasar modern, ritel atau grosir, yang paling berdampak itu dalah mengusaha barang non food, seperti ATK, FURNITUR, GARMEN.itu tidak banyak jual beli yang dilakukan disana. Kemudian pengusaha Fresh Food seperti KFC, KEDAI2, WARUNG2, Rumah Makan, itu mengalami penurunan yang signifikan. Yang masih bisa bertahan adalah pengusaha dry food, yakni para pedagang sembako, mereka bisa pesta diawal wabah karena warga panik sehingga memborong barang. Namun itu hanya sesaat, ujarnya.
DR. Firman dalam kesimpulannya, malah memprediksikan bahwa apabila impect dari panen bawang itu tidak mampu di siasati oleh pemerintah dengan mengajak bulog untuk bekerja sama dengan petani bawang merah, maka dipastikan hal seperti yang bayangkan H.Rasyid, bahwa dampak panen bawang akan seperti 1998 itu tidak akan terjadi., karena kondisi nya berbeda, tahun 1998 tidak ada wabah walaupun terjadi krisis, masyarakat bisa beraktifitas , sedangkan saat ini tidak ada kegiatan masyarakat, oleh karenanya, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Bima, mampu berperan aktif dalam menyiasati hasil panen bawang merah petani ini.
Karena tanpa campur tangan pemerintah daerah, khususnya Pemkab Bima dan bulog sebagai penyangga hasil petani, maka impact positif atas hasil panen bawang merah itu tidak akan terjadi.
Diskusi ini akan dilanjutkan minggu depan dengan mengundang Bulog dan Kadis Pertanian dan Kabag Ekonomi Pemkab Bima. ( 045 )